Teks -- Matius 21:1-20 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life: Mat 21:12 - YESUS ... MEMBALIKKAN MEJA-MEJA.
Nas : Mat 21:12
Peristiwa ini merupakan kedua kalinya Yesus memasuki bait suci dan
melenyapkan segala macam ketidakbenaran (untuk peristiwa penyuci...
Nas : Mat 21:12
Peristiwa ini merupakan kedua kalinya Yesus memasuki bait suci dan melenyapkan segala macam ketidakbenaran (untuk peristiwa penyucian pada awal pelayanan-Nya
lihat cat. --> Luk 19:45;
[atau ref. Luk 19:45]
Yoh 2:13-22). Mereka yang menyandang nama Kristus harus tahu bahwa kemunafikan, keserakahan, pementingan diri sendiri, kemesuman dan sikap kurang hormat dalam rumah Tuhan akan mendatangkan hukuman dan murka Allah. Kristus adalah Tuhan atas gereja-Nya dan Ia meminta agar gereja menjadi "rumah doa" (ayat Mat 21:13).
BIS -> Mat 21:3
Tuhan: atau Pemiliknya.
Jerusalem: Mat 21:9 - Hosana Sebuah kata Ibrani yang aslinya berarti: selamatkanlah, tetapi sudah menjadi seruan, lebih kurang searti dengan: Hiduplah, bdk Maz 118:26.
Sebuah kata Ibrani yang aslinya berarti: selamatkanlah, tetapi sudah menjadi seruan, lebih kurang searti dengan: Hiduplah, bdk Maz 118:26.
Jerusalem: Mat 21:12 - penukar uang....pedagang merpati Mereka menyediakan bagi kaum ziarah baik uang maupun binatang yang perlu untuk persembahan. Tetapi adat yang sesuai dengan hukum itu banyak disalah-gu...
Mereka menyediakan bagi kaum ziarah baik uang maupun binatang yang perlu untuk persembahan. Tetapi adat yang sesuai dengan hukum itu banyak disalah-gunakan.
Jerusalem: Mat 21:19 - pohon ara itu Markus menjelaskan bahwa bukan musim buah ara. Tetapi Yesus memberi sebuah lambang berupa perbuatan, bdk Yer 18:1. Pohon ara itu melambangkan Israel y...
Markus menjelaskan bahwa bukan musim buah ara. Tetapi Yesus memberi sebuah lambang berupa perbuatan, bdk Yer 18:1. Pohon ara itu melambangkan Israel yang tidak berbuah dan dihukum karenanya.
Ende: Mat 21:1 - -- Menurut keterangan Joanes Jesus telah mengundjungi Jerusalem lebih dahulu djuga
sampai tiga kali. Harus disinipun kita perhatikan, bahwa Mt. tidak men...
Menurut keterangan Joanes Jesus telah mengundjungi Jerusalem lebih dahulu djuga sampai tiga kali. Harus disinipun kita perhatikan, bahwa Mt. tidak mengindahkan waktu atau urutan waktu, melainkan isi adjaran sadja.
Ende: Mat 21:12 - Dikenisah Sebenarnja dihalaman kenisah jang disebut halaman orang kafir,
tetapi dipandang sutji djuga.
Sebenarnja dihalaman kenisah jang disebut halaman orang kafir, tetapi dipandang sutji djuga.
Ref. Silang FULL: Mat 21:1 - Bukit Zaitun · Bukit Zaitun: Mat 24:3; 26:30; Mr 14:26; Luk 19:37; 21:37; 22:39; Yoh 8:1; Kis 1:12
· Bukit Zaitun: Mat 24:3; 26:30; Mr 14:26; Luk 19:37; 21:37; 22:39; Yoh 8:1; Kis 1:12
· menghamparkan pakaiannya: 2Raj 9:13
Ref. Silang FULL: Mat 21:9 - Anak Daud // nama Tuhan // yang mahatinggi · Anak Daud: Mat 21:15; Mat 9:27; Mat 9:27
· nama Tuhan: Mazm 118:26; Mat 23:39
· yang mahatinggi: Luk 2:14
Ref. Silang FULL: Mat 21:11 - Inilah nabi · Inilah nabi: Ul 18:15; Luk 7:16,39; 24:19; Yoh 1:21,25; 6:14; 7:40
· Inilah nabi: Ul 18:15; Luk 7:16,39; 24:19; Yoh 1:21,25; 6:14; 7:40
Ref. Silang FULL: Mat 21:12 - berjual beli // penukar uang // pedagang merpati · berjual beli: Ul 14:26
· penukar uang: Kel 30:13
· pedagang merpati: Im 1:14
Ref. Silang FULL: Mat 21:13 - rumah doa // sarang penyamun · rumah doa: Yes 56:7
· sarang penyamun: Yer 7:11
Ref. Silang FULL: Mat 21:15 - Anak Daud // sangat jengkel · Anak Daud: Mat 21:9; Mat 9:27; Mat 9:27
· sangat jengkel: Luk 19:39
· menyediakan puji-pujian: Mazm 8:3
Ref. Silang FULL: Mat 21:17 - ke Betania · ke Betania: Mat 26:6; Mr 11:1; Luk 24:50; Yoh 11:1,18; 12:1
· ke Betania: Mat 26:6; Mr 11:1; Luk 24:50; Yoh 11:1,18; 12:1
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry: Mat 21:1-11 - Yesus Dielu-elukan di Yerusalem
Kematian dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan dua faktor utama yang membukakan pintu keselamatan. Tujuan-Nya datang ke dunia ini adalah untuk m...
- Kematian dan kebangkitan Yesus Kristus merupakan dua faktor utama yang membukakan pintu keselamatan. Tujuan-Nya datang ke dunia ini adalah untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan, seperti yang telah Dia beri tahukan sebelumnya (20:28). Oleh karena itu, semua penulis Injil mencatat kisah penderitaan dan kematian hingga kebangkitan-Nya secara lebih khusus dibandingkan dengan kisah hidup-Nya yang lain. Matius pun bergegas membahas hal tersebut. Karena itulah pasal ini diawali dengan apa yang disebut sebagai minggu penderitaan. Kristus telah beberapa kali memberi tahu para murid-Nya untuk bersiap pergi ke Yerusalem, di mana Anak Manusia akan diserahkan. Dalam perjalanan-Nya ke sana Dia banyak berbuat baik, dan kini Ia akhirnya sampai juga di Yerusalem. Di sini diceritakan tentang:
- I. Bagaimana Ia masuk ke Yerusalem secara terang-terangan, pada hari pertama di minggu penderitaan itu (ay. 1-11).
- II. Kuasa yang Ia tunjukkan di sana, sewaktu Ia menyucikan Bait Allah dengan mengusir semua orang yang berjual beli di sana (ay. 12-16).
- III. Pohon ara yang tidak berbuah, serta percakapan Yesus dengan para murid-Nya mengenai hal itu (ay. 17-22).
- IV. Bagaimana Ia membenarkan wewenang yang Ia miliki, dengan membandingkannya dengan baptisan yang dilakukan Yohanes (ay. 23-28).
- V. Bagaimana Dia mempermalukan imam-imam kepala dan para tua-tua karena ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, dengan menceritakan pertobatan para pemungut cukai yang digambarkan melalui perumpamaan tentang dua orang anak (ay. 29-32).
- VI. Bagaimana Dia menyerukan bencana yang akan menimpa umat Yahudi karena hidup mereka tidak menghasilkan buah, dengan memakai perumpamaan tentang kebun anggur yang disewakan kepada para penggarap yang tidak setia (ay. 33-46).
Yesus Dielu-elukan di Yerusalem (21:1-11)
- Keempat penulis Injil mencatat dengan cermat perikop yang menggambarkan bagaimana Yesus dielu-elukan saat memasuki kota Yerusalem dengan mengendarai keledai, lima hari sebelum kematian-Nya. Hari Paskah jatuh pada hari keempat belas di bulan itu, sedangkan waktu itu baru hari kesepuluh, yaitu saat untuk mengambil domba Paskah dan memisahkan domba itu untuk dikorbankan, seperti yang telah ditetapkan dalam hukum Taurat (Kel. 12:3). Oleh karena itu, Kristus, Domba Paskah yang akan dikorbankan bagi kita, dipertunjukkan di hadapan khalayak ramai hari itu juga. Dengan demikian, peristiwa itu menjadi titik awal penderitaan-Nya. Sebetulnya, sejak beberapa waktu sebelumnya, Dia telah menetap di Betania, yaitu sebuah desa yang tak jauh dari Yerusalem, tempat di mana Maria mengurapi kaki-Nya pada waktu mereka sedang makan malam bersama sehari sebelumnya (Yoh. 12:3). Namun, sebagaimana yang biasanya dilakukan oleh para utusan, Ia tidak menampakkan diri-Nya kepada orang banyak segera setelah ia datang, melainkan menundanya selama beberapa waktu. Tuhan kita Yesus banyak berkeliling, dan Dia menunjukkan kerendahan hati dan kerja keras-Nya dengan membiasakan diri berjalan kaki dari Galilea ke Yerusalem, berpuluh-puluh kilometer jauhnya. Betapa banyak langkah yang harus Ia ambil untuk berkeliling melakukan banyak kebaikan, yang mengakibatkan kaki-Nya menjadi kotor dan lelah. Jadi, betapa tidak layaknya jika orang-orang Kristen menuntut banyak kenyamanan dan kehormatan di dalam hidup ini, sementara Guru mereka sendiri saja tidak banyak menikmati kedua hal itu! Namun kini, untuk sekali ini saja dalam hidup-Nya, Dia dielu-elukan, dan itu terjadi saat Dia memasuki kota Yerusalem, untuk menderita dan mati, seolah-olah kesenangan dan penghormatan seperti itulah yang dikejar-kejar-Nya dan kini membuatnya berbangga diri.
- Di sini diceritakan tentang:
- I. Perlengkapan yang disediakan bagi upacara penyambutan-Nya sangatlah sederhana dan biasa-biasa saja, yang menunjukkan bahwa Kerajaan-Nya bukanlah berasal dari dunia ini. Tidak ada warta yang disiarkan atau suara sangkakala yang dikumandangkan untuk mengiringi Dia. Tidak ada kereta kuda ataupun jubah kebesaran, sebab hal itu tidaklah sesuai dengan keadaan diri-Nya yang hina. Akan tetapi, semuanya nanti akan jauh lebih hebat bila Ia datang untuk yang kedua kalinya, dalam segenap keagungan yang saat ini masih disimpan untuk diperlihatkan pada saat itu, yaitu waktu sangkakala terakhir dibunyikan, dan para malaikat yang mulia menjadi pewarta dan pengiring-Nya, dan awan-awan pun menjadi kereta kebesaran-Nya. Akan tetapi, saat ini Dia menampakkan diri di hadapan orang banyak itu dengan:
- . Persiapan yang begitu mendadak dan terburu-buru. Persiapan yang baik telah dilakukan bagi kemuliaan-Nya di tempat yang lain, dan juga bagi kemuliaan kita bersama-Nya, bahkan sebelum dunia ini dijadikan, karena itulah kemuliaan yang diidam-idamkan hati-Nya. Kemuliaan di dunia ini tidak berarti apa-apa bagi Dia, dan karena itulah, sekalipun Dia telah mengetahui hal itu, Dia tidak menyiapkannya sedari awal, tetapi membiarkannya mengalir begitu saja. Mereka hampir sampai di Betfage, daerah pinggiran Yerusalem yang jalannya panjang terhampar menuju Bukit Zaitun, yang dalam segala hal dipandang seperti kota Yerusalem sendiri (menurut alim ulama Yahudi). Saat Dia memasuki kota itu, Dia menyuruh dua orang murid-Nya (sebagian orang berpendapat bahwa dua orang murid itu adalah Petrus dan Yohanes) untuk mengambil seekor keledai bagi-Nya, sebab Dia tidak memiliki seekor keledai pun yang siap untuk ditunggangi-Nya saat itu.
- . Persiapan yang sangat sederhana. Dia hanya menyuruh murid-Nya mengambil seekor keledai dan anaknya (ay. 2). Di daerah itu, keledai memang lebih umum dipakai untuk bepergian, sedangkan kuda hanya dimiliki oleh para pembesar, atau disimpan untuk berperang. Kristus bisa saja mengendarai kerub (Mzm. 18:11). Namun, sekalipun Dia itu Allah dan melayang di atas langit sebagai Yahweh, saat ini Ia adalah Yesus, Imanuel, Allah beserta kita, yang ada di dalam keadaan-Nya yang hina, dan karena itu, Ia pun mengendarai seekor keledai. Tetapi, sebagian orang beranggapan bahwa Dia melakukan itu untuk menghormati kebiasaan para hakim di Israel yang biasanya menunggang keledai putih (Hak. 5:10), sedangkan anak-anak mereka menaiki anak keledai (Hak. 12:14). Kristus memang akan datang kembali, bukan sebagai seorang penguasa, namun sebagai hakim umat Israel, yang akan datang untuk menghakimi dunia ini.
- . Keledai itu bahkan bukan milik-Nya sendiri, melainkan dipinjam dari orang lain. Meski Dia tidak pernah memiliki rumah sendiri, namun orang bisa saja menyangka bahwa setidaknya Ia punya seekor keledai untuk dipakai berkeliling, seperti para pengembara yang hidup dari bantuan kawan-kawannya. Namun, demi kita, Ia rela menjadi miskin dalam segala hal (2Kor. 8:9). Ada pepatah yang mengatakan, "Orang yang hidup dengan meminjam adalah orang yang hidup dalam kesengsaraan." Dalam hal ini, juga dalam segala hal lainnya, Kristus adalah seseorang yang penuh dengan kesengsaraan. Dia tidak memiliki suatu benda apa pun di dunia ini, kecuali yang diberikan atau dipinjamkan pada-Nya.
- Murid-murid yang disuruh meminjam keledai itu dipesankan supaya berkata, "Tuhan memerlukannya." Orang yang membutuhkan sesuatu tidak boleh malu mengakui kebutuhannya, dan tidak boleh berkata seperti si bendahara yang tidak jujur, "Mengemis aku malu" (Luk. 16:3). Akan tetapi, di sisi lain, tidak ada seorang pun yang boleh memanfaatkan kebaikan teman-teman mereka dengan pergi meminta atau meminjam sesuatu saat mereka tidak membutuhkannya. Melalui peristiwa meminjam keledai tersebut:
- (1) Kita bisa menyaksikan kemahatahuan Kristus. Meskipun segala sesuatu tidak direncanakan, Kristus tetap dapat memberi tahu murid-murid-Nya tempat yang tepat di mana mereka akan menemukan seekor keledai dan anaknya. Kemahatahuan-Nya itu bahkan mencakup hal-hal mengenai makhluk ciptaan-Nya yang terendah sekalipun, yaitu keledai dan anaknya, dan dalam keadaan apa mereka akan ditemukan, apakah sedang terikat ataupun bebas. Lembukah yang Allah perhatikan? (1Kor. 9:9) Tentu saja begitu, Dia bahkan tidak membiarkan keledai Bileam disakiti. Dia mengenal semua ciptaan-Nya, sehingga Dia pun dapat memakai mereka semua untuk menggenapi tujuan-Nya.
- (2) Kita bisa menyaksikan kuasa-Nya atas roh manusia. Hati orang yang paling hina, bahkan sampai hati para raja, semua ada dalam genggaman tangan Tuhan. Kristus menegaskan hak-Nya untuk memakai keledai itu, saat Ia menyuruh mereka membawa binatang itu pada-Nya. Segenap bumi dan isinya adalah milik Tuhan Yesus Kristus. Akan tetapi, Ia juga sudah memperhitungkan hambatan yang mungkin akan dihadapi para murid saat melakukan tugas mereka. Mereka tidak boleh mengambilnya clam et secreto -- secara diam-diam, apalagi vi et armi -- secara paksa, tetapi harus mengambilnya dengan sepengetahuan dan persetujuan pemiliknya, dan mereka pasti akan memperolehnya, karena Kristus menjamin hal ini. Jikalau ada orang yang menegor kamu, katakanlah, Tuhan memerlukannya. Perhatikan, Kristus akan menolong kita untuk menunaikan apa pun yang telah Ia perintahkan kepada kita, dan Ia memperlengkapi kita dengan jawaban yang tepat bagi keberatan yang mungkin akan diajukan kepada kita, sehingga membuat tugas itu dapat terlaksana. Seperti yang terjadi dalam peristiwa ini, Ia menyediakan jawaban bahwa Ia akan segera mengembalikan keledai yang dipinjam itu. Dengan menyuruh murid-murid-Nya pergi mengambil keledai yang akan dipakai-Nya, Ia menunjukkan bahwa Ia adalah Tuhan dari segala ciptaan, dan dengan melembutkan hati pemilik keledai untuk membiarkan keledainya diambil tanpa jaminan, Ia menunjukkan bahwa Ia juga adalah Allah dari roh segala makhluk, yang mampu menundukkan hati mereka.
- (3) Kita bisa melihat keadilan dan kejujuran di sini, karena keledai itu tidak dipakai tanpa persetujuan dari pemiliknya, walaupun keledai itu hanya akan dipakai sebentar saja, yaitu untuk ditunggangi melintasi satu atau dua jalan saja. Sikap adil ini lebih nyata bila kita memperhatikan pendapat sebagian orang yang mengartikan anak kalimat terakhir sebagai berikut, "Katakanlah, Tuhan memerlukannya, dan Dia (yaitu Tuhan) akan segera mengembalikannya padamu, dan memastikan bahwa keledai itu diantarkan dengan selamat ke tangan pemiliknya, segera setelah Dia tidak lagi membutuhkannya." Perhatikan, apa pun yang kita pinjam harus dikembalikan tepat waktu dan dalam kondisi yang baik, sebab, hanya orang fasik yang meminjam dan tidak membayarnya kembali. Kita harus berhati-hati dengan barang pinjaman supaya barang itu jangan sampai rusak. Wahai tuanku! Itu barang pinjaman!
- II. Nubuat firman yang digenapi melalui kejadian ini (ay. 4-5). Dalam segala hal yang diperbuat dan diderita-Nya, Tuhan kita Yesus selalu memperhatikan supaya firman yang disampaikan boleh digenapi. Sama seperti para nabi (yang merupakan saksi-saksi-Nya itu) menanti-nantikan dan memperhatikan kedatangan-Nya, demikian pula Ia sungguh memperhatikan apa yang mereka katakan, supaya segala sesuatu yang dituliskan tentang Sang Mesias tergenapi dengan sempurna di dalam diri-Nya. Nubuat dalam Kitab Zakaria 9:9 secara khusus menceritakan Dia, dan di dalamnya terdapat nubuat yang penting mengenai Kerajaan Mesias yang harus digenapi, yaitu, Katakanlah kepada puteri Sion. Lihat, Rajamu datang kepadamu.
- Nah, perhatikanlah di sini:
- . Bagaimana kedatangan Kristus telah dinubuatkan sebelumnya, Katakanlah kepada puteri Sion, umat Allah, gunung yang kudus, Lihat, Rajamu datang kepadamu.
- Perhatikan:
- (1) Yesus Kristus adalah Raja atas umat-Nya, seorang yang dipilih dari tengah-tengah saudara-saudara kita sendiri, sesuai dengan peraturan dalam Kerajaan-Nya (Ul. 17:15). Dialah yang dilantik sebagai Raja atas gereja (Mzm. 2:6). Dia diterima sebagai Raja oleh gereja, dan putri Sion pun menyatakan sumpah setianya (Hos. 1:11).
- (2) Kristus, Sang Raja dari jemaat-Nya, mendatangi mereka bahkan sampai turun ke dunia ini. Ia datang kepadamu, untuk memerintah atas kamu, memerintah di dalam kamu dan untuk kamu sekalian. Dia adalah Kepala dari segala yang ada dalam jemaat. Dia datang ke Sion (Rm. 11:26), supaya dari Sion keluar pengajaran, sebab jemaat dan kepentingan mereka adalah segalanya bagi Sang Penebus.
- (3) Pemberitahuan mengenai kedatangan Sang Raja telah disampaikan terlebih dahulu kepada jemaat, Katakanlah kepada putri Sion. Perhatikan, Kristus akan memastikan bahwa kedatangan-Nya sudah ditunggu-tunggu oleh para pengikut-Nya dengan sebuah pengharapan yang besar, Katakanlah kepada putri Sion bahwa mereka boleh keluar untuk menengok Raja Salomo (Kid. 3:11). Pemberitahuan mengenai kedatangan Kristus biasanya diawali dengan kata Lihat, yaitu sebuah kata perintah untuk memperhatikan sekaligus mengagumi. Lihat, Rajamu datang, pandanglah dan kagumilah Dia, tengoklah dan sambutlah Dia. Inilah kunjungan seorang pembesar yang sungguh-sungguh menakjubkan. Pilatus, seperti juga Kayafas, tidak tahu apa yang mereka katakan sewaktu mengucapkan kalimat yang agung itu (Yoh. 19: 14), Inilah Rajamu.
- . Gambaran keadaan sewaktu Dia datang. Ketika seorang raja datang, biasanya orang berharap akan melihat sesuatu yang luar biasa hebat dan menakjubkan, terutama bila dia datang untuk memerintah atas kerajaannya. Sang Raja, Tuhan semesta alam, tampak duduk di atas takhta yang tinggi dan menjulang (Yes. 6:1), tetapi saat itu tidak demikian adanya, melainkan, Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda. Saat Kristus hendak menampakkan diri dalam kemuliaan-Nya, Dia melakukan-Nya dalam kelemahlembutan-Nya, dan bukan dalam kebesaran-Nya.
- (1) Perangai-Nya begitu lembut. Dia tidak datang dengan murka dendam, tetapi dengan belas kasihan, untuk mengerjakan karya keselamatan. Dia lemah lembut dalam menanggung penderitaan dan hinaan yang begitu besar demi Sion, serta sabar dalam menghadapi kebebalan dan kejahatan keturunan Sion. Dia begitu mudah dijangkau, dan mudah dimintai pertolongan. Ia lemah lembut bukan hanya sebagai seorang Guru, tetapi juga sebagai seorang Penguasa. Ia memerintah dengan kasih. Pemerintahan yang dijalankan-Nya lemah lembut dan penuh kasih, dan hukum-Nya tidak menuntut darah para pengikut-Nya, melainkan darah-Nya sendiri. Kuk yang dipasang-Nya pun ringan.
- (2) Hal itu dibuktikan dengan penampakan-Nya dalam keadaan yang sederhana, yaitu duduk di atas keledai beban, hewan yang tidak diciptakan untuk menunjukkan status, melainkan untuk pekerjaan berat. Binatang itu juga bukan diciptakan untuk peperangan, melainkan untuk sekedar memikul beban. Keledai bergerak dengan perlahan namun pasti, aman dan stabil. Hal tersebut telah lama dinubuatkan, dan usaha untuk menggenapinya telah dilakukan dengan hati-hati sehingga maknanya yang besar dapat ditekankan, supaya orang-orang miskin boleh berbesar hati untuk mendekati Kristus. Raja Sion tidak datang dengan menunggang kuda yang berjingkrak-jingkrak yang membuat rakyat kecil takut mendekat. Bukan juga dengan seekor kuda yang berlari kencang dan tidak dapat diimbangi oleh orang yang tidak bisa bergerak cepat. Sebaliknya, Ia hanya menunggangi seekor keledai lamban, sehingga pengikut-Nya yang termiskin sekalipun tidak akan terhalang untuk mendekati-Nya. Dalam nubuat itu, disebutkan juga mengenai seekor keledai beban yang muda dan oleh karena itulah, Kristus menyuruh murid-murid-Nya untuk membawa anak keledai beserta dengan induknya, sehingga firman Allah boleh digenapi.
- III. Arak-arakan yang berlangsung tanpa dihiasi kebesaran duniawi, sesuai dengan persiapannya yang sederhana. Meski begitu, persiapan dan arak-arakannya diiringi dengan kuasa rohani.
- Perhatikanlah:
- . Perlengkapan-Nya, Maka pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka (ay. 6). Mereka pergi untuk mengambil keledai betina dan anaknya, dengan keyakinan bahwa pemiliknya pasti akan meminjamkan kedua binatang itu kepada mereka. Perhatikanlah, perintah Kristus tidak boleh dibantah, melainkan harus ditaati. Mereka yang taat pada perintah-Nya dengan sepenuh hati tidak akan dikecewakan atau tersandung dalam melakukannya. Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya. Keadaan hina hewan yang ditunggangi Kristus itu bisa saja ditutupi dengan pakaian kuda yang mewah, namun hal ini pun tidak terjadi, melainkan berlangsung seperti yang diceritakan kemudian. Mereka bahkan tidak punya sehelai pelana pun untuk keledai itu, sehingga para murid mengalasinya dengan pakaian mereka sendiri, dan hal itu dianggap cukup untuk menutupi kekurangan tersebut. Perhatikanlah, kita tidak boleh terlalu mementingkan kenyamanan luar, atau terlalu menuntutnya. Ketidakpedulian atau ketidakacuhan yang kudus menunjukkan bahwa hati kita tidaklah berpusat pada hal tersebut, dan bahwa kita telah meneladani peraturan Rasul Paulus dalam Roma 12:16, untuk berpuas diri dalam hal-hal yang sederhana. Apa pun bisa berguna bagi para pelancong, dan ada sebuah keindahan yang bahkan bisa dihasilkan dari ketidakacuhan atau ketidakpedulian tulus semacam itu. Sekalipun demikian, para murid memperlengkapi-Nya dengan yang terbaik yang mereka miliki. Mereka bahkan tidak keberatan mengorbankan pakaian mereka saat Tuhan memerlukannya. Perhatikanlah, kita tidak boleh menganggap pakaian kita terlalu berharga untuk dikorbankan demi melayani Kristus, untuk diberikan kepada para pengikut-Nya yang miskin dan menderita. Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian (25:36). Kristus sendiri membiarkan diri-Nya dilucuti bagi kita.
- . Pengiring-Nya, tidak ada satu pun yang agung ataupun hebat dalam hal ini. Raja Sion datang ke Sion, dan putri Sion sudah lama diberi tahu mengenai kedatangan-Nya itu. Akan tetapi, Dia tidaklah disambut oleh para pembesar negeri, atau dijumpai oleh para penguasa kota secara resmi, seperti yang mungkin dikira orang. Seharusnya mereka memberi Dia kunci kota itu, dan dengan hormat mempersilakan-Nya naik ke kursi-kursi pengadilan, kursi-kursi milik keluarga Raja Daud. Namun, tak satu pun dari hal itu yang terjadi pada-Nya. Meskipun demikian, ada pula yang menanti-nantikan-Nya, yaitu orang banyak yang sangat besar jumlahnya. Mereka adalah masyarakat awam, rakyat jelata yang lebih pantas kita sebut sebagai gerombolan orang, satu-satunya yang menandai kekhidmatan dalam kemenangan Kristus ini. Di kemudian hari, imam-imam kepala dan tua-tua menggabungkan diri mereka dengan orang banyak yang menyiksa Kristus di kayu salib, namun tak seorang pun dari mereka yang terlihat batang hidungnya saat ini ketika orang banyak itu menyanjung-nyanjung Dia. Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang yang menantikan Kristus, melainkan yang bodoh dan yang hina bagi dunia (1Kor. 1:26, 28). Perhatikan, Kristus lebih dipermuliakan oleh orang banyak itu daripada oleh kehebatan para pengikut-Nya, sebab Dia menilai manusia berdasarkan jiwa mereka, dan bukan karena pangkat, jabatan, atau nama besar mereka.
- Nah, mengenai orang banyak yang jumlahnya besar itu, diceritakan tentang:
- (1) Apa yang mereka perbuat. Mereka berusaha menghormati Kristus dengan segenap kemampuan mereka.
- [1] Mereka menghamparkan pakaiannya di jalan, supaya Kristus dapat menunggang keledai di atasnya. Saat Yehu dinobatkan sebagai raja, para panglima meletakkan jubah mereka di bawahnya sebagai tanda kesetiaan mereka padanya. Perhatikanlah, orang-orang yang menjadikan Kristus Raja mereka harus meletakkan segala yang mereka punyai di bawah kaki-Nya, yaitu pakaian, sebagai lambang penyerahan hati, sebab saat Kristus datang (tetapi tidak boleh dilakukan bila orang lain yang datang), haruslah dikatakan kepada setiap jiwa, tunduklah, supaya Dia bisa lewat. Sebagian orang berpendapat bahwa pakaian itu dihamparkan bukan di atas tanah, melainkan di atas pagar atau tembok untuk menghiasi jalanan, sebagaimana permadani yang digantung di atas balkon untuk menyambut arak-arakan. Penyambutan seperti itu sederhana sekali, namun Kristus menghargai maksud baik mereka, dan di sini kita diajarkan untuk selalu berusaha sedapat mungkin menyambut Kristus, yaitu diri-Nya dan anugerah-Nya, serta Kabar Baik-Nya, di dalam hati dan rumah kita. Apa yang seharusnya kita perbuat untuk menyatakan penghormatan kita pada Kristus? Penghormatan dan pengagungan seperti apa yang layak kita berikan kepada-Nya?
- [2] Ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan, seperti yang biasanya mereka lakukan di Hari Raya Pondok Daun, yang melambangkan kemerdekaan, kemenangan, dan sukacita, sebab misteri hari raya itu diceritakan secara khusus untuk menggambarkan zaman sewaktu Injil dikabarkan (Za. 14:16).
- (2) Apa yang mereka katakan. Orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang, mereka sehati dan sepikiran. Mereka adalah orang-orang yang mewartakan kedatangan-Nya dan yang mengiringi Dia dengan sorak-sorai, dan berseru, katanya, "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi!" (ay. 9). Mereka memang biasa menyerukan hosana saat membawa-bawa ranting di Hari Raya Pondok Daun. Karena itulah, mereka kemudian menyebut kumpulan ranting itu sebagai hosana. Hosana berarti, Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran! yang mengacu kepada Mazmur 118:25-26, di mana Mesias dinubuatkan sebagai batu penjuru, meskipun tukang-tukang bangunan telah membuang-Nya. Segenap pengikut setia-Nya dibawa serta dalam kemenangan-Nya, dan mereka pun mengiringi Dia dengan penuh pengharapan akan kemakmuran dalam Kerajaan-Nya. Hosana bagi Anak Daud juga berarti, "Kami melakukan ini untuk menghormati Anak Daud."
- Sorakan hosana yang menyambut Kristus itu melambangkan dua hal:
- [1] Penyambutan mereka terhadap Kerajaan-Nya. Hosana sama artinya dengan, Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan. Nubuat telah mengatakan mengenai Anak Daud ini bahwa segala bangsa akan menyebut dia berbahagia (KJV: "diberkati," Mzm. 72:17), dan saat itulah nubuat tersebut mulai digenapi, semua orang yang percaya di segala zaman setuju dan menyebut-Nya terberkati. Inilah bahasa iman yang sejati.
- Perhatikanlah:
- Pertama, Yesus Kristus datang dalam nama Tuhan. Dia telah dikuduskan dan diutus ke dunia ini sebagai Sang Pengantara, sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan memeterai-Nya.
- Kedua, kedatangan Kristus dalam nama Tuhan patut diterima sepenuhnya, dan kita semua harus mengatakan, Diberkatilah Ia yang datang, untuk memuji Dia dan bersuka di dalam Dia. Biarlah kedatangan-Nya dalam nama Tuhan itu diucapkan dengan penuh penghayatan sebagai penghiburan bagi kita, dan juga dengan seruan yang penuh sukacita bagi kemuliaan-Nya. Jadi, kita juga bisa mengatakan, "Diberkatilah Ia, sebab karena Dialah kita diberkati." Jadi, marilah kita mengikuti Dia dengan puji-pujian kita, karena Dia telah mencurahkan segala berkat-Nya kepada kita.
- [2] Harapan baik mereka bagi kesejahteraan Kerajaan-Nya, seperti yang tersirat dalam seruan hosana itu. Mereka sungguh-sungguh berharap supaya kemakmuran dan kegemilangan mengiringi Kerajaan-Nya, sehingga Kerajaan itu menjadi Kerajaan yang penuh dengan kemenangan. "Kirimkanlah kemakmuran bagi Kerajaan itu." Jikalau mereka menganggap Kerajaan itu sebagai Kerajaan biasa yang bersifat sementara, maka itu adalah kesalahan mereka sendiri, yang sebentar lagi akan diperbaiki. Tetapi, bagaimanapun juga, niat baik mereka tetap diterima oleh Kristus. Perhatikanlah, kita wajib untuk benar-benar menghendaki dan mendoakan kemakmuran dan keberhasilan Kerajaan Kristus di dunia ini. Jadi, kiranya ia didoakan senantiasa, dan diberkati sepanjang hari (Mzm. 72:15), supaya segenap kebahagiaan akan mengiringi kepentingan-Nya di dunia ini, dan supaya Dia akan terus maju dalam semarak-Nya, demi perikemanusiaan (Mzm. 45:5), meskipun kini Dia hanya mengendarai seekor keledai beban. Inilah yang kita maksudkan saat kita berdoa dengan berkata, "Datanglah Kerajaan-Mu." Mereka juga menambahkan Hosana di tempat yang mahatinggi, yang berarti, Biarlah kemakmuran tertinggi mengiringi Dia, biarlah nama-Nya ada di atas segala nama, takhta-Nya di atas segala takhta. Marilah kita puji Dia setinggi-tingginya, biarlah jemaat-Nya naik ke sorga, ke tempat yang mahatinggi, dan mendapatkan kedamaian serta keselamatan dari tempat itu. Lihat Mazmur 20:7, Sekarang aku tahu, bahwa TUHAN memberi kemenangan kepada orang yang diurapi-Nya dan menjawabnya dari sorga-Nya yang kudus.
- . Di sini kita melihat penyambutan yang diterima-Nya di Yerusalem (ay. 10). Ketika Ia masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu. Semua orang memperhatikan-Nya, sebagian merasa takjub dengan hal baru seperti ini, yang lainnya menertawakan kesederhanaannya, dan mungkin sebagian lainnya, yang menantikan penghiburan bagi Israel, dipenuhi dengan sukacita. Yang lain lagi, dari kelompok Farisi, gempar karena rasa dengki dan amarah. Bermacam-macam pergolakan jiwa manusia yang ditimbulkan karena mendekatnya Kerajaan Kristus!
- Mengenai kekisruhan ini, dijelaskan lebih lanjut:
- (1) Apa yang dikatakan oleh orang-orang itu, "Siapakah orang ini?"
- [1] Sepertinya mereka tidak tahu-menahu mengenai Kristus. Meskipun Dia adalah Kemuliaan dari umat-Nya Israel, namun Israel tidak mengenal-Nya. Meskipun Dia telah menampilkan diri-Nya melalui banyak mujizat di antara mereka, namun putri-putri Yerusalem tidak mengenali-Nya dari antara kekasih yang lain (Kid. 5:9). Masakan Dia yang mahakudus tidak dikenal di kota kudus-Nya! Memang di tempat-tempat di mana ada cahaya bersinar paling terang dan paling banyak orang mengaku-ngaku beragama, di situ biasanya ada lebih banyak orang yang masa bodoh dibandingkan dengan di tempat lain.
- [2] Meski begitu, mereka sangat penasaran mengenai Dia. Siapakah gerangan orang ini hingga Ia begitu menyedot perhatian dan dielu-elukan seperti itu? Siapakah itu Raja Kemuliaan, yang hendak masuk ke dalam hati kita? (Mzm. 24:8; Yes. 63:1).
- (2) Bagaimana orang banyak menjawab pertanyaan itu, "Inilah Yesus" (ay. 11). Dibanding orang-orang besar lainnya, orang banyak itu lebih mengenal Kristus. Vox populi -- suara rakyat memang terkadang mewakili Vox Dei -- suara Tuhan. Nah, dalam jawaban yang mereka katakan mengenai Dia:
- [1] Mereka benar dalam menyebut-Nya sebagai Sang Nabi, Nabi yang besar itu. Hingga saat itu, Dia memang telah dikenal sebagai seorang Nabi, yang mengajar dan melakukan mujizat. Tetapi kini, mereka menyaksikan-Nya sebagai Raja. Tugas Kristus sebagai Imam adalah yang terakhir terkuak di antara ketiga tugas yang diemban-Nya.
- [2] Namun begitu, mereka keliru ketika berkata bahwa Dia berasal dari Nazaret, dan hal itu menegaskan beberapa prasangka yang mereka miliki terhadap Dia. Perhatikanlah, ada sebagian orang yang bersedia menghormati Kristus dan memberikan kesaksian bagi Dia, namun mereka melakukannya dengan anggapan yang keliru mengenai Dia, yang sebenarnya tidak perlu terjadi seandainya mereka mau berusaha lebih keras untuk mengenal Dia dengan lebih baik.
Matthew Henry: Mat 21:12-17 - Yesus Menyucikan Bait Allah Yesus Menyucikan Bait Allah (21:12-17)
Ketika masuk di Yerusalem, meskipun Kristus datang sebagai seorang Raja, Ia tidak lantas pergi ke istana saa...
Yesus Menyucikan Bait Allah (21:12-17)
- Ketika masuk di Yerusalem, meskipun Kristus datang sebagai seorang Raja, Ia tidak lantas pergi ke istana saat Ia memasuki Yerusalem, melainkan langsung ke Bait Allah, sebab Kerajaan-Nya itu bersifat rohani dan bukan berasal dari dunia ini. Dalam hal-hal yang kudus sajalah Dia memerintah, dan di Bait Allah-lah Dia menunjukkan kuasa-Nya. Lantas, apa yang Ia lakukan di sana?
- I. Dia mengusir semua orang yang berjual beli. Segala penyelewengan memang harus dibersihkan terlebih dulu, dan segala tanaman yang tidak ditanam Allah harus dicabut, sebelum perkara yang benar dapat mulai ditegakkan. Sang Penebus Agung juga berperan sebagai Yang Memperbarui, yang menyingkirkan kefasikan (Rm. 11:26).
- Di sini kita diberi tahu mengenai:
- . Apa yang Dia perbuat (ay. 12). Ia mengusir semua orang yang berjual beli. Dia pernah melakukan hal yang sama sebelumnya (Yoh. 2:14-15), dan kini Dia pun berkesempatan melakukannya sekali lagi. Perhatikanlah, para pedagang dan pembeli yang telah diusir dari Bait Allah pasti akan kembali untuk bersarang di sana lagi, jika tidak ada usaha yang berkelanjutan untuk mencegah mereka, dan jika tindakan keras terhadap mereka itu tidak ditindaklanjuti atau tidak dilakukan berulang-ulang.
- (1) Penyelewengan yang dilakukan adalah berjual beli dan tukar-menukar uang di Bait Allah. Perhatikan, hal-hal yang sesuai dengan hukum pun dapat menjadi dosa, jika dilakukan di tempat dan waktu yang salah. Sesuatu yang layak, walaupun halal dan terpuji, dapat menjadi hal yang menajiskan tempat kudus dan melanggar kekudusan hari Sabat, bila dilakukan di tempat yang tidak sesuai. Sekalipun merupakan pekerjaan duniawi, tetapi proses jual beli dan pertukaran uang ini berkedok in ordine ad spiritualia -- untuk tujuan-tujuan rohani. Mereka menjual hewan untuk korban, agar memudahkan orang, karena lebih mudah membawa uang daripada menyeret-nyeret binatang ke Bait Allah. Mereka juga menukarkan uang bagi orang-orang yang memerlukan uang setengah syikal untuk membayar uang tebusan tahunan yang dipungut setiap tahun, atau juga untuk menukar uang kembalian. Demikianlah, segala kegiatan itu bisa dianggap sebagai urusan luar Bait Allah, namun Kristus tetap tidak memperbolehkan semua itu. Perhatikan, kejahatan dan penyelewengan besar-besaran menyusup ke dalam gereja melalui perbuatan orang-orang yang mengambil untung melalui ibadah, mereka yang mencari keuntungan duniawi dalam ibadah mereka, dan berpura-pura saleh hanya untuk mengambil keuntungan bagi diri mereka sendiri (1Tim. 6:5), menjauhlah dari mereka.
- (2) Pembersihan penyelewengan ini. Kristus mengusir semua orang yang berjual beli. Sebelumnya, Dia telah melakukan hal serupa dengan sebuah cambuk dari tali (Yoh. 2:15), tetapi kini, Dia melakukan-Nya hanya dengan sebuah pandangan mata dan raut muka yang penuh teguran, serta sebuah kata perintah. Sebagian orang memperhitungkan peristiwa ini sebagai salah satu mujizat-Nya, sebab Dia mampu menyucikan Bait Allah tanpa mendapat perlawanan berarti dari mereka yang mencari nafkah dengan berjualan di Bait Allah, yang disokong oleh para imam dan tua-tua. Hal ini menunjukkan kuasa-Nya atas roh manusia, serta kemampuan-Nya dalam mengendalikan hati nurani mereka. Hal ini adalah satu-satunya perbuatan Kristus yang menunjukkan wewenang-Nya sebagai Raja serta kuasa-Nya yang dapat memaksa orang lain untuk tunduk kepada-Nya, yang Ia perbuat semasa hidup-Nya sebagai manusia. Dia memulai perbuatan-Nya itu dengan memakai kedua hal itu (yaitu wewenang dan kuasa-Nya), seperti yang diceritakan dalam Yohanes 2, dan di sini Dia mengakhirinya dengan cara yang sama pula. Tradisi menggambarkan bahwa wajah-Nya bercahaya, dan dari mata-Nya yang mulia terpancar kilatan sinar, sehingga orang-orang yang ada di pasar Bait Allah itu terpukau, dan akhirnya tunduk kepada perintah-Nya. Jika memang benar demikian, maka firman dalam Amsal 20:8 pun tergenapi, Raja yang bersemayam di atas kursi pengadilan dapat mengetahui segala yang jahat dengan matanya. Ia membalikkan meja-meja penukar uang. Dia tidak mengambil uang itu untuk diri-Nya sendiri, melainkan menyerakkannya ke tanah, tempat yang paling pantas untuk uang semacam itu. Di zaman Ester, orang Yahudi tidaklah mengulurkan tangan kepada barang rampasan (Est. 9:10).
- . Apa yang Ia katakan untuk membenarkan perbuatan-Nya itu dan untuk menyatakan kesalahan mereka (ay. 13), Ada tertulis. Perhatikanlah, dalam proses pembaruan gereja, mata kita harus tertuju pada firman Allah, dan kita harus melakukan ini sebagai suatu peraturan, sebagai sebuah pola yang harus dijalankan. Kita tidak boleh melakukan sesuatu melebihi apa yang diperbolehkan bagi kita seperti yang ada tertulis. Karena itu, pembaruan diri dapat dikatakan benar hanya jika segala perbuatan yang salah dikembalikan kepada bentuk asalnya yang benar.
- (1) Melalui sebuah nubuat Kitab Suci, Dia memberi tahu mereka seperti apa Bait Allah itu seharusnya, dan untuk apa Bait Allah itu didirikan, Rumah-Ku akan disebut rumah doa, yang dikutip dari Yesaya 56:7. Perhatikan, semua ketetapan dan kebiasaan dalam beribadah dimaksudkan untuk melayani kewajiban moral. Rumah tempat korban dipersembahkan seharusnya menjadi rumah doa, sebab doa adalah inti dan jiwa dari segenap ibadah tersebut. Bait Allah telah dikuduskan secara khusus untuk menjadi rumah doa, sebab tempat itu bukan saja berfungsi untuk melakukan penyembahan, tetapi juga sebagai pengantara supaya doa-doa yang dipanjatkan di dalamnya atau terarah ke sana punya jaminan janji untuk diterima (2Taw. 6:21), karena Bait Allah itu sendiri merupakan gambaran dari Kristus sendiri, yang merupakan Sang Pengantara. Karena itulah, Daniel pun menghadap ke arah sana sewaktu ia berdoa. Dalam pengertian ini, sekarang tidak ada lagi rumah atau tempat yang bisa dijadikan rumah doa seperti itu, sebab Kristus sendirilah Bait Suci kita. Namun, dalam pengertian lain, tempat kita berkumpul dan beribadah masih bisa disebut demikian, yaitu sebagai tempat di mana doa sering dipanjatkan (Kis. 16:13, KJV).
- (2) Dia mengecam mereka dengan Kitab Suci, bagaimana mereka telah melecehkan Bait Allah dan menyerongkan tujuannya. Kamu menjadikannya sarang penyamun. Kalimat ini dikutip dari Yeremia 7:11, Sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini? Ketika kesalehan palsu dijadikan kedok untuk menutupi kefasikan, saat itulah rumah doa dikatakan telah berubah menjadi sarang penyamun, dan di dalamnya orang-orang bersembunyi untuk mengintip dan menerkam. Pasar sering kali menjadi sarang penyamun karena banyaknya perbuatan jahat dan curang ketika berjual beli, dan pasar di Bait Suci juga jelas-jelas seperti itu, sebab orang-orang ini merampok kehormatan Allah, yang sungguh lebih buruk lagi daripada seorang pencuri (Mal. 3:8). Para imam sudah hidup berkelimpahan dengan apa yang diberikan di mezbah. Namun, tidak puas dengan semuanya itu, mereka masih mencari cara lain lagi untuk memeras uang dari orang lain. Karena itulah Kristus menyebut mereka penyamun, sebab mereka mengambil apa yang bukan milik mereka.
- II. Di sana, di dalam Bait Allah itu, Dia menyembuhkan orang-orang buta dan orang-orang timpang (ay. 14). Setelah Dia mengusir semua orang yang berjual beli keluar dari Bait Allah, Dia lalu mengundang mereka yang buta dan timpang untuk masuk ke dalamnya, sebab Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa. Di dalam Bait Allah itu Kristus memberitakan firman-Nya, dan menyembuhkan mereka yang buta dan timpang secara rohani, sebagai jawaban atas doa-doa yang telah dipanjatkan orang di sana. Memang baik bila datang ke Bait Allah saat Kristus ada di sana, yaitu Dia yang menunjukkan rasa cemburu-Nya demi kehormatan Bait itu dengan mengusir semua orang yang menajiskannya, dan yang menunjukkan anugerah-Nya kepada mereka yang mencari Dia dengan segala kerendahan hati. Orang-orang buta dan orang-orang timpang tidak boleh masuk ke dalam istana Daud (2Sam. 5:8) tetapi mereka diizinkan masuk ke rumah Allah, sebab kehormatan dan keagungan Bait-Nya tidak terletak pada segala kemegahan yang biasa ditemui dalam istana para raja, yang tidak boleh didekati oleh orang-orang buta dan timpang. Dalam Bait Allah, hanya orang-orang fasik dan jahat yang tidak boleh masuk. Bait itu jadi tercemar dan disalahgunakan saat dijadikan tempat berjual beli, tetapi menjadi mulia dan agung saat dijadikan tempat penyembuhan. Lebih baik berbuat baik dalam rumah Allah, karena itu lebih mendatangkan kehormatan, daripada mencari uang di dalam sana. Kesembuhan dari Kristus merupakan jawaban yang benar dari pertanyaan, Siapakah orang ini? Perbuatan-Nya menjadi kesaksian yang lebih besar dibandingkan sorak-sorai hosana dari orang banyak itu, dan kesembuhan yang diberikan-Nya menjadi penggenapan janji, bahwa kemuliaan Bait yang terakhir lebih besar daripada yang pertama.
- Di sana, Ia juga membungkam omelan para imam kepala dan tua-tua yang merasa kesal saat mereka mendengar apa yang dikatakan oleh orang-orang yang mengiringi Dia (ay. 15-16). Mereka yang seharusnya paling dahulu memberikan penghormatan terhadap-Nya justru menjadi musuh-Nya yang paling besar.
- . Hati mereka sudah jengkel karena hal-hal menakjubkan yang Ia lakukan. Mereka tidak dapat menyangkal bahwa hal-hal itu benar-benar merupakan mujizat, dan oleh sebab itulah hati mereka sangat tertusuk oleh kemarahan sewaktu menyaksikan mujizat-mujizat tersebut (Kis. 4:16; 5:33). Pekerjaan yang Kristus lakukan patut diterima dengan baik oleh setiap hati nurani manusia. Jika saja para imam kepala dan tua-tua itu sedikit berperasaan, tentu saja mereka tidak dapat menyangkal mujizat itu, dan jika saja mereka itu bersifat sedikit lebih baik, mereka pasti akan jatuh hati karena belas kasihan yang terlihat dalam perbuatan Kristus itu. Akan tetapi, mereka begitu berkeras hati melawan Dia, sebab mereka sangat dengki pada perbuatan-perbuatan yang dilakukan-Nya dan bersungut-sungut karena Dia.
- . Secara terang-terangan mereka marah karena sorakan hosana anak-anak. Bagi mereka, penghormatan tersebut tidak layak diberikan kepada Dia, dan merupakan sesuatu yang berlebihan. Orang sombong tidak tahan menyaksikan penghormatan diberikan kepada orang lain selain mereka, dan sangat gusar bila mendengar pujian diberikan kepada orang lain yang memang layak mendapatkannya. Oleh sebab itulah Saul merasa dengki karena nyanyian para wanita mengenai Daud, sebab "siapa dapat tahan terhadap cemburu?" Saat Kristus ditinggikan, para musuh-Nya pun menjadi geram karena itu.
- Kita baru saja melihat bagaimana Kristus lebih memilih orang-orang buta dan timpang daripada orang-orang yang berjual beli, dan kini kita mendapati bagaimana Dia melawan para imam dan tua-tua dengan memihak anak-anak (ay. 16).
- Perhatikanlah:
- (1) Anak-anak itu ada di Bait Allah. Mereka mungkin sedang bermain-main di sana. Tidaklah mengherankan bila mereka memakai Bait Allah sebagai tempat bermain, sebab para penguasa sendiri menggunakan tempat itu untuk berdagang. Meski demikian, kita juga berharap bahwa banyak dari anak-anak itu ada di sana untuk beribadah. Perhatikan, membawa anak-anak di saat yang tepat ke rumah doa adalah hal yang baik untuk dilakukan, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga. Biarlah anak-anak diajarkan untuk menjadi saleh, sebab hal itu akan membawa mereka ke dalam kuasa kesalehan itu sendiri. Kristus sangat menyayangi anak-anak domba dari kumpulan yang digembalakan-Nya.
- (2) Anak-anak itu bersorak, Hosana bagi Anak Daud. Mereka meniru-niru orang dewasa yang melakukan itu. Anak kecil selalu mencontoh perkataan dan perbuatan orang lain. Mereka begitu gampang meniru, sehingga kita harus berhati-hati untuk memberi mereka contoh yang baik, dan bukan yang buruk. Maxima debetur puero reverentia -- Pergaulan kita dengan anak-anak kecil haruslah dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Anak-anak selalu belajar dari orang-orang yang ada di sekitar mereka, baik itu mengutuk atau bersumpah-serapah, maupun berdoa atau memuji. Orang Yahudi memang mengajarkan anak-anak mereka untuk membawa ranting-ranting pada Hari Raya Pondok Daun, sambil bersorak hosana, namun di sini, Allah mengajari mereka untuk melakukannya bagi Kristus. Perhatikan, Hosana bagi Anak Daud keluar dari mulut anak-anak kecil, yaitu mereka yang sedari muda harus mempelajari bahasa Kanaan, yaitu pengharapan akan janji-janji Allah.
- (3) Tuhan kita Yesus tidak saja membiarkan mereka, tetapi juga sangat senang mendengarnya dan bahkan mengutip firman yang digenapi melalui perbuatan mereka itu (Mzm. 8:3), atau, setidaknya, firman itu membenarkan perbuatan mereka, Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian. Menurut sebagian orang, kutipan ini merujuk kepada sorak-sorai yang diteriakkan orang-orang dan dinyanyikan para wanita untuk menyanjung Daud saat ia kembali setelah membunuh orang-orang Filistin, dan hal ini cocok untuk diterapkan dalam sorakan hosana yang ditujukan untuk menyambut Anak Daud, saat Ia memasuki perseteruan-Nya melawan si Goliat, yaitu Iblis.
- Perhatikanlah:
- [1] Kristus sama sekali tidak malu dielu-elukan oleh anak-anak kecil itu, sehingga Ia pun menaruh perhatian khusus pada mereka (dan anak kecil memang selalu senang diperhatikan), dan Ia pun bersuka karena mereka. Jika Allah dapat dimuliakan oleh bayi dan anak-anak yang masih menyusu yang belum bisa berbuat banyak itu, Dia pasti akan lebih dipermuliakan melalui anak-anak-Nya yang telah tumbuh dewasa dan mampu melakukan hal-hal yang lebih besar lagi.
- [2] Puji-pujian menjadi sempurna dalam mulut anak-anak kecil. Puji-pujian akan dianggap tidak lengkap dan tidak sempurna jika anak-anak tidak mengambil bagian di dalamnya. Ini merupakan cambuk agar anak-anak bersikap baik dan supaya para orangtua mengajarkan mereka untuk bersikap demikian. Kerja keras kedua pihak tersebut tidak akan sia-sia. Dalam Mazmur tertulis, Kauletakkan dasar kekuatan. Perhatikan, Allah menyediakan puji-pujian dengan meletakkan dasar kekuatan pada mulut bayi dan anak-anak menyusu. Saat hal-hal besar dilakukan dengan memakai alat yang sepertinya lemah dan tidak mampu, Allah semakin ditinggikan, sebab kekuatan-Nya sempurna dalam kelemahan, dan bayi dan anak menyusu yang lemah itu dijadikan tempat untuk menunjukkan kuasa ilahi. lanjutan dari mazmur tadi, untuk membungkamkan musuh dan pendendam, benar-benar patut ditujukan kepada para imam dan tua-tua itu. Tetapi Kristus tidak melakukannya, Ia membiarkan mereka menyadarinya sendiri.
- Terakhir, setelah membungkam mereka, Kristus pun meninggalkan mereka (ay. 17). Ia meninggalkan mereka dengan cara yang bijaksana, sehingga mereka tidak memiliki alasan untuk menangkap-Nya sebelum saat-Nya tiba. Dia juga menunjukkan keadilan-Nya dengan meninggalkan mereka, sebab mereka telah menghina keberadaan-Nya di sana. Dengan mengeluhkan pujian terhadap Kristus, kita menjauhkan Dia dari diri kita. Dia meninggalkan mereka sebagai orang-orang degil, dan Dia pun pergi ke luar kota ke Betania, yang merupakan tempat yang lebih tenang untuk menyepi, bukan supaya Dia bisa tidur dengan nyenyak tanpa terganggu, melainkan supaya bisa berdoa dengan tenang. Betania terletak hanya sekitar dua mil dari Yerusalem, sehingga Dia pun berjalan kaki saja ke sana, untuk menunjukkan bahwa sebelumnya Dia mengendarai keledai hanya untuk menggenapi firman. Dia tidak menjadi sombong karena sorakan hosana orang-orang itu, tetapi, seolah sudah melupakannya, Ia pun kembali ke cara bepergian-Nya yang semula.
Matthew Henry: Mat 21:18-22 - Yesus Mengutuk Pohon Ara Yesus Mengutuk Pohon Ara (21:18-22)
Perhatikanlah:
I. Kristus kembali ke kota Yerusalem keesokan paginya (ay. 18).
Beberapa orang berpendap...
Yesus Mengutuk Pohon Ara (21:18-22)
- Perhatikanlah:
- I. Kristus kembali ke kota Yerusalem keesokan paginya (ay. 18).
- Beberapa orang berpendapat, Dia pergi ke luar kota pada malam sebelumnya karena tidak ada seorang pun dari sahabat-sahabat-Nya yang bersedia untuk menampung-Nya di Yerusalem, sebab mereka takut kepada para pembesar itu. Meski begitu, Dia tetap kembali ke sana karena masih harus mengerjakan tugas-Nya. Perhatikanlah, kejahatan musuh atau sikap dingin kawan tidak boleh membuat kita lantas mengabaikan kewajiban. Meskipun Ia tahu bahwa di kota itu penjara dan sengsara menunggu-Nya, tetapi semua itu tidak dihiraukan-Nya. Paulus pun mengikuti teladan-Nya waktu ia pergi ke Yerusalem sebagai tawanan Roh (Kis. 20:22).
- II. Dalam perjalanan-Nya itu, Ia merasa lapar. Dia juga seorang Manusia yang tunduk pada kelemahan sifat manusia. Dia seorang Manusia yang sangat sibuk dan bersungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan-Nya sampai-sampai tidak sempat memperhatikan bagaimana Ia makan, dan akhirnya berangkat tanpa makan, sebab cinta untuk rumah Allah menghanguskan-Nya, dan makanan dan minuman-Nya adalah melakukan kehendak Bapa-Nya. Dia adalah seorang yang miskin dan tidak membawa bekal. Dia bukan seorang yang gemar menyukakan diri-Nya sendiri, tetapi akan cukup puas dengan hanya memakan buah ara mentah sebagai sarapan-Nya, padahal Dia layak mendapatkan makanan yang lebih baik dari itu.
- Oleh sebab itulah, Kristus pun kemudian merasa lapar, supaya Ia berkesempatan untuk membuat mujizat ini, yaitu mengutuk dan membuat pohon ara yang tidak berbuah itu menjadi kering, sehingga dengan begitu Ia dapat menunjukkan keadilan dan kuasa-Nya pada kita, dan keduanya mengandung pengajaran.
- . Lihatlah keadilan-Nya (ay. 19). Dia menghampiri pohon itu dan mengharapkan buah di sana, sebab pohon itu rimbun dengan dedaunan. Akan tetapi, ketika tidak menemukan buah apa pun, pohon itu pun dikutuk-Nya supaya tidak pernah berbuah lagi. Sebagaimana mujizat-mujizat lainnya, mujizat-Nya ini juga mengandung makna. Sampai hari itu, semua mujizat yang telah dilakukan-Nya selalu mendatangkan kebaikan bagi manusia, dan membuktikan kuasa dari anugerah dan berkat-Nya (kecuali pengusiran roh-roh jahat ke dalam sekumpulan babi yang hanya menunjukkan izin-Nya). Semua yang telah dilakukan-Nya selalu mendatangkan keuntungan dan penghiburan bagi semua sahabat-Nya, dan tak ada satu pun yang diperbuat untuk menakut-nakuti atau menghukum musuh-Nya. Namun kini, akhirnya, untuk menunjukkan bahwa seluruh penghakiman telah diserahkan kepada-Nya dan bahwa Dia tidak hanya berkuasa untuk menyelamatkan, tetapi juga untuk membinasakan, Ia pun menampilkan kuasa-Nya yang memperlihatkan murka dan kutuk-Nya. Akan tetapi, yang menjadi korban bukanlah seorang laki-laki, perempuan, ataupun seorang anak, melainkan sebatang pohon yang tak bernyawa, yang dijadikan-Nya sebagai contoh, sebab hari besar murka-Nya belumlah tiba. Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara (24:32). Maksud perumpamaan ini sama dengan perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah dalam Lukas 13:6.
- (1) Kutuk yang menimpa pohon ara yang tidak berbuah ini melambangkan kemunafikan secara umum, sehingga hal ini mengajarkan kita:
- [1] Bahwa mengharapkan buah di pohon ara yang berdaun merupakan sesuatu yang layak dilakukan. Kristus mencari kuasa agamawi dari orang-orang yang mengaku bahwa mereka percaya kepada agama, Ia mencari belas kasihan dari orang-orang demikian. Ia mencari buah anggur dari pohon-pohon anggur yang ditanam di bukit yang subur. Dia lapar akan hal itu, jiwa-Nya mengingini hasil buah-buahan yang pertama.
- [2] Banyak hal yang diharapkan Kristus dari orang-orang percaya dewasa sering kali dipatahkan dan dikecewakan. Dia datang menghampiri banyak orang untuk mencari buah, namun hanya mendapati daun-daun saja. Ia pun mendapati mereka demikian. Banyak orang dikatakan hidup, padahal mati. Mereka hanya mengagungkan segala bentuk luar dari kesalehan, tetapi menyangkal kuasanya.
- [3] Dosa dari hidup yang tidak berbuah memang layak dihukum dengan kutuk menjadi mandul, Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya. Salah satu berkat pertama yang terbesar ialah, Berbuahlah, dan sebaliknya, salah satu kutuk yang paling menyedihkan adalah, Kau tidak akan pernah berbuah lagi. Demikianlah dosa kemunafikan pun menjadi hukuman atas mereka. Karena tidak mau berbuat baik, maka mereka pun tidak akan pernah melakukannya. Orang yang tidak berbuah biarlah begitu untuk seterusnya, sehingga mereka pun kehilangan kehormatan dan kebahagiaannya.
- [4] Mereka yang munafik dan hanya mengaku-ngaku percaya biasanya akan layu di dunia ini, dan itu disebabkan oleh kutuk Kristus tadi. Pohon ara yang tidak berbuah akan segera layu daun-daunnya. Orang-orang munafik memang kelihatan meyakinkan untuk beberapa waktu, akan tetapi, karena tidak punya pegangan hidup, mereka menjadi tidak berakar, dan pengakuan iman mereka pun tidak menghasilkan apa-apa. Karunia berhenti mengalir, berkat anugerah semakin berkurang, penghargaan atas pengakuan iman menurun dan tenggelam, lalu kepalsuan dan kebodohan orang yang berpura-pura pun akan terkuak di hadapan semua orang.
- (2) Perumpamaan itu juga secara khusus menggambarkan keadaan bangsa dan umat Yahudi. Sebagai umat Tuhan, mereka laksana sebuah pohon ara yang tertanam di jalan yang dilalui Kristus.
- Nah, perhatikanlah:
- [1] Bagaimana mereka mengecewakan Tuhan Yesus. Dia datang di antara mereka dengan harapan akan menemukan buah, sesuatu yang dapat menyenangkan-Nya. Dia lapar akan buah-buah mereka. Bukannya hati-Nya mengingini sebuah pemberian, Dia tidak membutuhkan itu. Yang dikehendaki-Nya adalah buah yang semakin berlimpah. Akan tetapi, harapan-Nya itu dipatahkan, karena tidak ada yang ditemukan-Nya selain dedaunan saja. Mereka memanggil Abraham sebagai Bapa mereka, namun tidak mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Mereka mengaku sebagai orang-orang yang menantikan Mesias yang telah dijanji-janjikan itu, tetapi saat Ia telah datang, mereka bahkan tidak mau menerima dan menyambut-Nya.
- [2] Hukuman yang Ia timpakan pada mereka, yaitu bahwa tidak ada buah yang akan dihasilkan oleh mereka atau dikumpulkan dari antara mereka, baik sebagai umat maupun sebagai bangsa, mulai sekarang sampai selama-lamanya. Setelah menolak Kristus, mereka (kecuali segelintir orang yang kemudian menjadi percaya) tidak akan pernah menghasilkan hal-hal baik. Sebaliknya, mereka malah akan menjadi semakin bobrok, kedegilan dan kebutaan menyergap mereka, dan mereka terus berada di dalamnya sehingga akhirnya kehilangan kedudukan sebagai umat dan bangsa. Mereka hancur lebur, sampai-sampai negeri dan bangsa mereka tercabut. Keindahan mereka terhapuskan, demikian pula hak-hak istimewa dan hiasan yang mereka miliki, Bait mereka dan jabatan imamat dan segala persembahan korban, hari-hari raya dan segenap kemuliaan umat dan bangsa mereka rontok seperti dedaunan di musim gugur. Betapa cepatnya pohon ara itu mengering, setelah mereka berkata, "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" Atas hal ini Tuhan telah bertindak benar.
- . Lihatlah kuasa Kristus. Hal sebelumnya (keadilan-Nya) digambarkan melalui sebuah sosok dalam perumpamaan tersebut, yaitu pohon ara, tetapi kemudian terjadi perbincangan yang lebih mendalam mengenai kuasa-Nya. Melalui hal itu Kristus ingin membimbing para murid-Nya dalam memakai kuasa mereka.
- (1) Para murid mengagumi keampuhan kutuk Kristus (ay. 20). Tercenganglah mereka. Tak ada kuasa lain yang mampu melakukan hal tersebut selain kuasa Dia yang berfirman, lalu semuanya pun jadi. Mereka tercengang melihat hal yang tiba-tiba bisa terjadi begitu saja. Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering? Tidak ada suatu penyebab jelas yang bisa membuat pohon ara itu layu seketika, kecuali sebuah serangan rahasia, seekor cacing yang menggerogoti akar. Bukan saja daun-daunnya yang menjadi kering, tetapi juga batang pohonnya, yang layu dalam sekejap dan menjadi tak ubahnya sebatang tongkat kering. Kutuk-kutuk Injil, seperti dalam kisah ini, sangatlah menakutkan. Kutuk itu bekerja secara diam-diam tanpa terasa, dengan serangan api yang tidak tersembur, tetapi tetap saja ampuh.
- (2) Kristus memberi murid-murid-Nya kuasa melalui iman untuk berbuat hal serupa (ay. 21-22), seperti yang dikatakan-Nya, (Yoh. 14:12), Engkau akan melakukan bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar daripada itu.
- Perhatikanlah:
- [1] Bagaimana iman yang mampu melakukan keajaiban itu digambarkan di sini. Jika kamu percaya dan tidak bimbang. Perhatikan, meragu-ragukan kuasa dan janji Allah merupakan faktor besar yang menghancurkan keampuhan dan keberhasilan iman. "Jika kamu memiliki iman dan tidak membantahnya" (ada juga beberapa orang yang mengartikannya demikian), "Janganlah kamu berbantahan dengan dirimu sendiri, janganlah berbantahan dengan janji Allah; jika kamu tidak bimbang terhadap janji Allah" (Rm. 4:20), sebab, jika kita meragukannya, iman kita menjadi lemah. Sepasti janji Allah, demikianlah seharusnya iman kita.
- [2] Kuasa dan keberhasilannya digambarkan dengan memakai kiasan. Jikalau kamu berkata kepada gunung ini, yaitu Bukit Zaitun, Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut!, hal itu akan terjadi. Mungkin ada alasan tertentu mengapa Dia mengatakan sesuatu tentang gunung itu (Bukit Zaitun), sebab ada nubuat, bahwa Bukit Zaitun yang terletak di depan Yerusalem akan terbelah dua dan bergeser (Za. 14:4). Apa pun maksud perkataan-Nya itu, pengharapan iman haruslah demikian, tak peduli betapa mustahilnya hal ini bagi akal sehat. Hal ini juga mengandung suatu arti bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin bagi Allah, dan karena itulah Dia akan menepati apa pun yang telah Ia janjikan, meskipun kelihatannya mustahil bagi kita. Dalam masyarakat Yahudi, ada sebuah peribahasa umum untuk memuji guru-guru mereka yang pandai, yaitu dengan menyebut mereka sebagai pemindah gunung, yang artinya, mampu menyelesaikan persoalan yang tersulit sekalipun. Hal serupa juga dapat dilakukan dengan iman terhadap firman Allah, yang akan mengakibatkan terjadinya sesuatu yang hebat dan menakjubkan.
- [3] Cara dan sarana untuk mempraktikkan iman ini, dan bagaimana melakukan hal-hal yang harus diperbuat. Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya. Iman bagaikan sebuah jiwa, dan doa adalah tubuhnya, keduanya memampukan manusia untuk melayani. Iman yang benar akan merangsang kehidupan doa, dan doa tidaklah benar jika tidak bersumber dari iman. Inilah hal yang menjadi syarat sebelum kita menerima sesuatu, yakni kita harus memintanya dalam doa dan percaya. Permintaan-permintaan yang dipanjatkan melalui doa tidak akan ditolak, dan pengharapan iman tidak akan dipatahkan. Untuk maksud ini, kepada kita telah diberikan banyak janji yang keluar dari mulut Tuhan kita Yesus, yang semuanya bertujuan untuk menumbuhkan iman, sebagai karunia yang terutama, dan juga doa, sebagai kewajiban utama bagi seorang Kristen. Kuncinya adalah meminta dan mempunyai, percaya dan menerima. Jadi, apa lagi yang kita harapkan? Perhatikanlah, betapa mudah dimengertinya janji itu -- apa saja yang kamu minta. Hal ini serupa dengan setiap pendahuluan dalam sebuah penyerahan sesuatu. Apa saja, secara umum, sedangkan yang (kamu minta), menjadikannya lebih khusus. Meskipun kata apa saja berarti juga termasuk segala yang kita minta, tetapi di sanalah letak kebodohan dari ketidakpercayaan kita, yaitu, meskipun kita pikir kita telah mengamini janji-janji secara umum, tetapi kita tiba-tiba mengubah haluan saat hal itu menyinggung hal-hal yang lebih khusus. Oleh karena itu, hal tersebut diungkapkan secara berlimpah-limpah dengan frasa apa saja yang (kamu minta), supaya kita dapat memiliki penghiburan yang kuat di dalamnya.
SH: Mat 21:1-11 - Arti penyambutan Yesus (Selasa, 22 Februari 2005) Arti penyambutan Yesus
Suatu peristiwa yang luar biasa terjadi di nas ini yaitu
sambutan dan sorak-sorai orang banyak ketika Yesus memasuki
...
Arti penyambutan Yesus
Suatu peristiwa yang luar biasa terjadi di nas ini yaitu sambutan dan sorak-sorai orang banyak ketika Yesus memasuki Yerusalem (ayat 1-11). Apa yang mendorong mereka menyambut Yesus? Kalau biasanya rakyat menyambut seorang panglima perang yang pulang setelah mengalahkan beribu musuh yang tidak mereka lihat sendiri, dalam bacaan ini mereka menyanjung riang Yesus sebagai seorang yang kebaikan-Nya telah mereka alami.
Bagi mereka kedatangan Yesus yang mengendarai keledai muda mengisyaratkan kerendahhatian dan kelemahlembutan (ayat 5). Hal ini berbeda dari kedatangan pahlawan perang dalam `kendaraan agung' berupa kuda dengan persenjataan lengkap yang mengisyaratkan keperkasaan. Penerimaan orang banyak terhadap Yesus saat itu bukan suatu upacara formalitas, melainkan peristiwa spontan yang timbul dari hati. Pujian yang mengelu-elukan Yesus langsung merujuk kepada pemuliaan nama-Nya sebagai Mesias (ayat 9).
Spontanitas seperti orang banyak yang menyambut Yesus, apakah masih ada dalam pujian kita saat ini? Banyak anak Tuhan yang menaikkan pujian dengan sembarangan, tidak lagi menghormati kehadiran Tuhan. Memuji Tuhan tidak lagi lahir dari hati yang sungguh bersyukur atas anugerah-Nya. Melainkan pujian dilakukan karena tugas pelayanan, ingin dilihat orang lain sebagai anak Tuhan yang saleh, motivasi ingin menunjukkan kemampuan bernyanyi, ingin terhibur, dlsb. Mereka tidak menyadari bahwa Tuhan memperhatikan. Seharusnya kita mengetahui bahwa Tuhan bertakhta atas pujian umat-Nya. Tuhan ingin kita menyambut-Nya dengan hati yang memuji. Apakah kita sudah memuji Tuhan dengan cara dan motivasi yang benar? Jika belum, bertobatlah dan pujilah Dia dengan sikap dan motivasi benar!
Tekadku: Aku akan menyambut Tuhan sebagai Raja dalam hidupku. Mulai dari sekarang aku akan memuji-Nya dengan cara dan motivasi yang benar dimulai dari tidak bersikap sembarangan di gereja.
SH: Mat 21:1-11 - Raja Damai (Rabu, 3 Maret 2010) Raja Damai
Mengapa orang banyak menyambut Yesus masuk ke Yerusalem dengan
begitu gempar (ayat 8-10)? Apakah karena ikut-ikutan orang lain
d...
Raja Damai
Mengapa orang banyak menyambut Yesus masuk ke Yerusalem dengan begitu gempar (ayat 8-10)? Apakah karena ikut-ikutan orang lain dalam mengelu-elukan Sang Mesias, walau tidak mengerti apa-apa?
Dari perspektif orang banyak sepertinya ya. Mereka tidak beda dengan
kedua orang buta di perikop sebelum ini, yang menyebut Yesus
sebagai Anak Daud (ayat 9, Mat. 20:30,31). Kutipan dari
Namun dari perspektif Tuhan Yesus, jelas Dia sengaja mendemonstrasikan Diri-Nya sebagai Mesias dengan karakter dan tujuan yang berbeda. Perhatikan, Yesus menunggang seekor keledai muda. Ini sesuai dengan nubuat dari Nabi Zakharia (Za. 9:9). Keledai merupakan simbol perdamaian juga kesederhanaan, kelemahlembutan, dan kerendahhatian. Yesus tidak menunggang seekor kuda yang adalah lambang kekuatan dan kuasa. Bahkan Yesus tidak menunggangi sang induk keledai, melainkan anaknya (ayat 7). Demonstrasi Yesus ini hendak menegaskan kemesiasan-Nya yang bersifat rohani. Ia datang sebagai Raja damai untuk membebaskan umat manusia dari belenggu perbudakan dosa dan dari konsekuensi hukuman Allah.
Kenalkah Anda sungguh-sungguh akan Yesus? Atau selama ini Anda hanya ikut-ikutan ke gereja, berdoa, terlibat dalam berbagai kegiatan ibadah gerejani tanpa memahami siapa yang Anda sembah? Sudahkah Anda percaya dan menerima Yesus sebagai Raja damai dalam hidup Anda? Sudahkah Anda berdamai dengan Allah?
SH: Mat 21:1-11 - Sambutan untuk Raja yang Lembut (Sabtu, 11 Maret 2017) Sambutan untuk Raja yang Lembut
Kedatangan pembesar selalu disertai rangkaian protokoler yang sering kali rumit dan menyusahkan. Kedatangan Yesus ke ...
Sambutan untuk Raja yang Lembut
Kedatangan pembesar selalu disertai rangkaian protokoler yang sering kali rumit dan menyusahkan. Kedatangan Yesus ke Yerusalem jauh dari rangkaian protokoler, namun orang banyak menyambut dengan segala kemeriahan.
Dari desa Betfage, di Gunung Zaitun, sudah terlihat kota Yerusalem terhampar. Ke sana Tuhan Yesus menuntaskan panggilan-Nya. Hari-hari terakhir karya-Nya sudah semakin mendekat. Kuasa dan pengajaran Yesus sudah menumbuhkan semangat hidup di antara bangsa. Apa pun yang dilakukan dengan mengatasnamakan Yesus langsung mendulang dukungan.
Masuk ke Yerusalem untuk kunjungan yang terakhir bersama murid-murid, Yesus memilih naik keledai untuk menggenapi nubuat nabi Zakaria (4-5). Raja biasa mengendarai kereta kuda atau menunggang kuda. Yesus dan para murid biasa berjalan kaki ke mana saja, sekarang Yesus menunggang keledai yang lebih kecil dan lemah lembut, dibanding kuda yang adalah simbol kekuatan, kecepatan, dan kegagahan. Kedatangan Yesus ke Yerusalem adalah proklamasi bahwa Dia adalah Raja yang lemah lembut, sebagaimana nubuat Nabi.
Perhatikan kesediaan pemilik keledai yang spontan memberikan keledainya kepada Yesus, dan sambutan orang banyak sepanjang jalan yang dilalui-Nya! Kuasa dan kewibawaan nama Yesus sudah langsung menjadi penggerak bagi orang banyak untuk datang, menyambut, dan berseru-seru mengelu-elukan, "Hosana!" Seruan dalam bahasa Ibrani yang menyatakan pujian, harapan, kekaguman, dan kegembiraan. Hosana, Yesus Raja yang datang!
Sambutan dan reaksi spontan dari khalayak terhadap Yesus merupakan cerminan harapan dan kepercayaan yang tulus. Itu bukan hasil pencitraan apalagi kampanye. Karena Yesus tetap setia pada misi-Nya, mengerjakan kehendak Allah, bukan mengikut suara orang banyak yang menginginkan-Nya menjadi raja dunia mengganti Herodes dan melawan penjajah Romawi. Bagaimana kita mengikuti teladan-Nya pada zaman ini? [YTP]
Baca Gali Alkitab 2
Misi penyelamatan Allah yang diemban Yesus semakin dekat. Dengan keledai betina, Yesus memasuki Yerusalem. Ia disambut orang banyak sebagai seorang pahlawan bangsa yang akan membebaskan mereka dari penjajahan bangsa Romawi.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang Yesus katakan kepada para murid-Nya saat tiba di Betfage (1-3)?
2. Apa yang dikatakan dalam nubuat para nabi mengenai Yesus (4-5)?
3. Apa yang dilakukan oleh para murid-Nya (6-7)?
4. Siapakah yang menyambut Yesus dan apa yang mereka lakukan (8-9)?
5. Apa yang terjadi saat Yesus memasuki Yerusalem (10-11)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Adakah kaitan Yerusalem dengan Yesus?
2. Mengapa Yesus disebut nabi dari Nazaret dan apa yang dimaksud oleh orang-orang Yahudi?
Apa respons Anda?
1. Saat Allah menyapa hidup Anda, apa yang Anda lakukan untuk membalas kasih-Nya?
2. Keselamatan yang Anda terima dalam Kristus adalah anugerah termahal dari Allah. Untuk membalas kemurahan-Nya, apa tekad Anda?
Pokok Doa:
Bersyukur kepada Allah bahwa kematian Kristus telah meredakan murka Allah atas hidup kita.
SH: Mat 20:29--21:11 - Kasih Tuhan. (Rabu, 25 Maret 1998) Kasih Tuhan.
Sebelum masuk Yerusalem, sudah terlihat kedaulatan Tuhan. Orang berbondong-bondong mengikuti Dia. Dua orang buta itu memanggilnya Anak D...
Kasih Tuhan.
Sebelum masuk Yerusalem, sudah terlihat kedaulatan Tuhan. Orang berbondong-bondong mengikuti Dia. Dua orang buta itu memanggilnya Anak Daud, suatu sebutan yang menempatkan Yesus sebagai Mesias yang diharapkan datang dengan kuasa kerajaan untuk meninggikan takhta Daud. Namun meski disambut dan diagungkan orang banyak, Yesus berbelas kasih kepada dua orang buta yang tak berdaya. Seperti halnya Ia tidak menolak anak-anak lemah (ayat
Raja Damai. Yerusalem adalah kota syalom atau kota damai. Kini Tuhan Yesus memasuki kota damai dengan menggunakan keledai. Sejak dari cara Tuhan menyuruh orang mencari binatang tunggangan sampai cara Ia memasuki kota itu, terlihat bahwa Ia bertindak dengan sikap penuh wibawa. Itulah yang membuat orang mengakui dan menyambut Dia dengan gembira sebagai Anak Daud. Namun Tuhan datang bukan sebagai raja yang mengobarkan semangat perang tetapi sebagai raja yang memberi kedamaian.
Renungkan: Sebelum kita melepas damai semu, kita tak mungkin mengalami damai sejati dari Yesus.
SH: Mat 20:29--21:11 - Semarak menghantar jalan salib (Senin, 26 Februari 2001) Semarak menghantar jalan salib
Ada saat pujian
datang, ada pula saat kecaman datang; demikianlah
yang dialami Yesus. Ia tahu bahwa sudah tiba saat-...
Semarak menghantar jalan salib
Ada saat pujian datang, ada pula saat kecaman datang; demikianlah yang dialami Yesus. Ia tahu bahwa sudah tiba saat- Nya Ia harus ke Yerusalem untuk menempuh jalan salib, tetapi sesuai dengan nubuatan nabi, Yesus mengalami suasana semarak pujian orang banyak yang mengikuti-Nya. Namun sayangnya mereka hanya mengenal-Nya sebagai nabi dari Nazaret. Mengapa demikian?
Sebelum tiba di Yerusalem, ketika Yesus keluar dari Yerikho, dua orang buta berseru kepada-Nya. Mereka memanggil Yesus sebagai Anak Daud, suatu sebutan yang berkaitan dengan Kemesiasan-Nya. Berbeda dengan respons orang banyak yang sangat tidak bersimpati melihat orang buta yang membutuhkan pertolongan, Yesus tergerak hatinya oleh belas kasihan untuk menolong mereka. Walaupun Ia sudah tahu kebutuhan mereka, tetapi Ia bertanya lebih dahulu apa yang mereka kehendaki dari Yesus. Mereka mengatakan suatu kebutuhan utama, yakni supaya Ia mencelikkan mata mereka. Respons Yesus (ayat 34) semata-mata bukan karena teriakan mereka, tetapi karena kehendak-Nya untuk menjamah mereka dan menyembuhkan. Kemesiasan-Nya sungguh nyata melalui kuasa-Nya mencelikkan mereka.
Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya menuju Yerusalem. Tiba di Betfage, suatu desa di Bukit Zaitun, Ia menyuruh 2 murid-Nya untuk meminjam keledai betina dengan anaknya. Kemudian Ia menunggangi keledai tersebut. Segala sesuatunya terjadi di dalam rencana dan pengaturan-Nya sesuai nubuatan nabi (ayat 2-5). Sejumlah besar orang menyambut-Nya dan menyebut-Nya: Anak Daud dan Dia yang datang dalam nama Tuhan (ayat 9). Kedua sebutan ini sesungguhnya menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan, namun ternyata sebutan ini hanya keluar dari bibir mereka tanpa pemahaman yang selaras dengan pengakuan. Ia menerima segala perlakuan mereka karena Ia datang sebagai penggenap nubuatan nabi, walaupun Ia tahu bahwa mereka menyambut-Nya hanya sebagai nabi besar dan bukan seorang Mesias (ayat 11).
Renungkan: Mungkin Kristen sering terlalu mudah menyanyikan pujian atau menyerukan haleluya sebagai respons atas kebenaran firman Tuhan, tanpa didasari pemahaman dan pengenalan yang benar, yang selaras dengan pengakuan melalui bibir.
SH: Mat 20:29--21:11 - Siapakah orang ini? (Kamis, 28 Februari 2013) Siapakah orang ini?
Bisa dikatakan, zaman ini adalah zaman pencitraan sebab yang terpenting dari seorang tokoh bukan lagi apa yang sebenarnya dia ker...
Siapakah orang ini?
Bisa dikatakan, zaman ini adalah zaman pencitraan sebab yang terpenting dari seorang tokoh bukan lagi apa yang sebenarnya dia kerjakan, tetapi bagaimana persepsi orang lain tentang apa yang dia kerjakan. Seseorang bisa saja sejatinya raja tega kelas paus, tetapi jika ia berhasil membangun persepsi bahwa dirinya dermawan, biarpun semua kebaikan itu formalitas belaka, tetapi efeknya bisa menutupi segala kejahatannya. Maka jika ada tokoh yang tak butuh pencitraan karena semua tindakannya menyatakan integritasnya, maka tokoh itu bagaikan air menyegarkan yang memuaskan dahaga di zaman pencitraan ini.
Sang Mesias tak butuh pencitraan. Yesus yang sejak awal dinyatakan datang untuk "menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" (1:21, 23) ditunjukkan menepati semua nubuat tentang diri-Nya. Seruan kedua orang buta, "Kasihanilah kami, Tuhan" dijawab dengan belas kasihan dan mukjizat penyembuhan yang merestorasi penglihatan mereka, merupakan salah satu buktinya. Namun Yesus tak hanya berhenti di situ. Di titik yang menentukan di dalam narasi Injil Matius, di mana perjalanan Yesus dari Galilea usai dan kini Ia secara sadar memasuki Yerusalem untuk menjalani kehendak Sang Bapa, Ia pun secara sadar menggenapi nubuat PL di Za. 9:9. Tak seperti para raja dan penguasa di Mat. 20:25, Ia justru menonjolkan kerendahan hati-Nya: datang bukan sebagai raja gagah perkasa yang menunggangi kuda jantan, tetapi bagai hamba yang menunggangi keledai. Ketaatan dan kerendahan sebagai hamba kemudian didemonstrasikan-Nya dengan mati di kayu salib.
Sepatutnya respons kita sejalan dengan respons orang Yerusalem di ayat 8-9. Kita mempersiapkan kedatangan-Nya dan mengarahkan orang untuk bertanya-tanya siapa Dia, karena melihat kesaksian yang meneladani belas kasihan dan kerendahan hati-Nya. Orang Kristen tak butuh kekuasaan politis, apalagi pencitraan ala politisi, karena kita cukup mengandalkan Kristus. Tugas kita adalah memperkenalkan Yesus kepada semua orang, jangan sampai mereka tidak pernah mendengar kabar baik tentang Sang Juruselamat.
SH: Mat 20:29--21:11 - Hosana! (Kamis, 16 September 2021) Hosana!
Dalam kehidupan bergereja dikenal ungkapan "Hosana!". Kata ini umumnya diucapkan atau dinyanyikan di sepanjang hari raya Paskah. Secara seder...
Hosana!
Dalam kehidupan bergereja dikenal ungkapan "Hosana!". Kata ini umumnya diucapkan atau dinyanyikan di sepanjang hari raya Paskah. Secara sederhana, "Hosana!" berarti: "Ya Tuhan, selamatkanlah kami."
Ada orang yang berpikir bahwa keselamatan itu adalah perkara nanti di sana. Padahal, keselamatan itu juga soal sekarang di sini. Kisah dua orang buta dalam bacaan kita hari ini adalah contoh yang paling gamblang dari kebutuhan akan keselamatan sekarang dan di sini (29-34).
Pada masa itu, orang buta dipandang sebagai orang berdosa. Mereka harus tinggal di luar kota, terasing dari yang lain. Oleh karena itu, dapat melihat (33) bukan sekadar masalah teknis, melainkan soal prinsip: dibebaskan dari dosa dan selamat! Itu dibutuhkan sekarang, bukan nanti.
Yesus tak hanya menjadikan kedua orang buta itu melihat, namun Ia juga masuk ke Yerusalem untuk menegaskan posisi-Nya sebagai Mesias (1-3). Ia masuk ke Yerusalem bukan dengan mengendarai kuda-simbol kekuasaan seorang raja-melainkan dengan mengendarai seekor keledai betina. Yesus datang bukan dengan kekuatan yang menakutkan, melainkan dengan kelembutan. Yesus menampilkan gambaran Mesias yang menyelamatkan, bukan yang menghancurkan.
Dengan demikian, tepatlah seruan "Hosana!" yang diserukan oleh orang banyak. Ia datang dalam nama Tuhan untuk menyelamatkan. Dari bacaan ini, kita diingatkan bahwa keselamatan yang diberikan oleh Yesus kepada setiap orang bukan saja baru akan berlaku nanti, di seberang sana, melainkan mulai sekarang, di sini, di dunia ini.
Keselamatan yang dapat kita terima saat ini sudah pasti membawa konsekuensi. Kita bukan saja dipanggil untuk terus memuji dan membesarkan nama Tuhan yang sudah menyelamatkan, namun juga untuk menyatakan keselamatan itu dalam keseharian dengan melakukan kebaikan bagi sebanyak mungkin orang. Dan, kebaikan yang kita lakukan bukanlah agar kita selamat, melainkan karena kita sudah diselamatkan.
Hosana! [JCP]
SH: Mat 21:12-27 - Berubahkah Yesus? (Kamis, 26 Maret 1998) Berubahkah Yesus?
Agak sulit kita terima bahwa Yesus yang lemah lembut kini bertindak dengan garang. Yesus yang tadinya menunggang keledai dalam sika...
Berubahkah Yesus?
Agak sulit kita terima bahwa Yesus yang lemah lembut kini bertindak dengan garang. Yesus yang tadinya menunggang keledai dalam sikap yang menimbulkan kesan damai kini mengusir orang dari halaman Bait Allah, memutarbalikkan meja pedagang, mengutuk pohon ara. Berubahkah Yesus? Apa yang sebenarnya terjadi? Yesus tidak berubah! Kini, Ia sedang menyatakan siapa diri-Nya, segaris dengan sikap dan tindakan-Nya sebelumnya. Ia masih mengasihi orang lemah dan tak berdaya (ayat 14). Tetapi sebagai Yang Kudus, Ia bertindak membersihkan Bait-Nya dari penyimpangan.
Hak dan Kuasa Yesus. Sikap kebanyakan orang Yahudi waktu itu tercermin dalam sikap para pemimpin agama memperlakukan Bait Allah. Dengan mencemarkan Bait Allah sama juga mereka merendahkan Allah Bapa sendiri. Bila dalam Yohanes Ia menyebut "Rumah BapaKu" di sini ia menyebut "Rumah-Ku". Ini berarti Ia menyetarakan diri dengan Allah sendiri. Itu sebabnya Ia punya hak membersihkan Bait Allah itu dari kecemaran. Ia punya wewenang untuk menegur atau mengusir mereka yang salah. Ia punya hak untuk menghukum seperti yang dilambangkan dengan mengutuk pohon ara.
Renungkan: Waspadalah pada semangat dan bentuk ibadah yang berporoskan keinginan manusia dan bukan kehendak Allah.
SH: Mat 21:12-22 - Kegagalan rohani: hidup tapi mati! (Selasa, 27 Februari 2001) Kegagalan rohani: hidup tapi mati!
Di sebuah gereja,
ada pemudi Kristen yang sangat rajin beribadah dan
melayani Tuhan, sepertinya tidak sedikit pu...
Kegagalan rohani: hidup tapi mati!
Di sebuah gereja, ada pemudi Kristen yang sangat rajin beribadah dan melayani Tuhan, sepertinya tidak sedikit pun noda dalam pelayanannya. Banyak orang mengira bahwa ia adalah seorang Kristen yang dekat dengan Tuhan. Ternyata apa yang nampak di luar tidak selalu mencerminkan apa yang ada di dalam. Baginya terlebih penting melayani daripada persekutuan pribadi dengan Tuhan. Sekian tahun ia melayani, tetapi mengalami kegagalan rohani, karena ia hanya melayani dirinya sendiri.
Dua perikop yang kita baca mencerminkan betapa kerasnya Yesus menegur segala macam bentuk kegagalan rohani. Pertama, Bait Allah, tempat umat- Nya berdoa dan bertemu Allah, telah mereka jadikan tempat perdagangan yang menghasilkan untung. Mereka bukan sekadar menyalahgunakan fungsi Bait Allah sebagai tempat berdagang, tetapi kemarahan- Nya yang sedemikian meluap dikarenakan umat-Nya yang seharusnya menjaga kekudusan dan kekhidmatan rumah Allah telah menggeser: tujuan bagi Allah menjadi tujuan bagi manusia. Bait Allah adalah rumah yang disediakan bagi umat untuk memprioritaskan Allah, tetapi mereka telah menjadikan tempat untuk memprioritaskan materi. Dua respons yang bertolakbelakang: respons orang buta dan orang timpang, dan respons imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat (ayat 14-16) mencerminkan bagaimana keadaan saleh tampak luar tidak menjamin kemurnian hati mereka meresponi pekerjaan Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat hidup dalam kebenaran mereka sendiri, sehingga hati mereka dipenuhi kejengkelan menyaksikan mukjizat Allah.
Hal yang kedua, Yesus mengutuk pohon ara yang hanya menghasilkan daun-daun dan tidak menghasilkan buah. Apa gunanya daun tanpa buah? Manakah yang dinikmati orang: daun atau buah? Yesus menggunakan contoh ini untuk menegur orang-orang Yahudi yang mengaku sebagai umat Tuhan tetapi tidak mengalami persekutuan dengan Tuhan. Apa gunanya nampak saleh jikalau rohaninya mati? Jikalau Tuhan berkunjung ke rumah Kristen, ke gereja, ke kantor dimana Kristen berada, adakah Ia pun kecewa karena hanya menemukan daun dan bukan buah? Renungkan: Kristen yang tidak memprioritaskan persekutuan dengan Tuhan akan mengalami kegagalan rohani, walaupun nampaknya hidup, pada hakikatnya mati.
SH: Mat 21:12-17 - Tempat beribadah yang Kudus (Rabu, 23 Februari 2005) Tempat beribadah yang Kudus
Matius dan penulis Injil lainnya mengingatkan hubungan antara
tindakan Yesus dengan fungsi Bait Allah yang benar sep...
Tempat beribadah yang Kudus
Matius dan penulis Injil lainnya mengingatkan hubungan antara tindakan Yesus dengan fungsi Bait Allah yang benar seperti yang dikemukakan oleh nabi Yeremia (band. Yer. 7:1-10). Bait Allah dimengerti sebagai `rumah', juga sebagai `tempat kudus' Allah. Yesus ingin agar Rumah Allah itu benar-benar menjadi tempat kudus yang di dalamnya Allah berdiam.
Apa yang Tuhan Yesus lakukan? Ia mengejutkan pengunjung Bait Allah dengan tindakan-Nya mengacaukan dan menghentikan pasar serta kegiatannya di pelataran Bait Allah (ayat 12). Sepertinya kehadiran para pedagang di pelataran Bait Allah itu menolong orang yang datang dari jauh dengan menyediakan hewan yang akan dipersembahkan sebagai korban. Padahal para pedagang ini bersekongkol dengan para imam untuk mencari keuntungan semata. Yang terjadi adalah para pedagang itu memonopoli hewan korban tersebut dan menjualnya dengan harga yang sangat mahal. Para pengunjung itu seolah "dirampok." Itu sebabnya para imam jengkel dengan tindakan Tuhan Yesus (ayat 15). Tuhan Yesus tidak hanya menentang penyalahgunaan Bait Allah seperti ini, Ia ingin mengembalikan fungsi Bait Allah sebagai rumah doa (ayat 13). Ia juga memberikan pengajaran melalui perbuatan-Nya menjadikan Bait Allah sebagai tempat belas kasih Tuhan dinyatakan. Maka mereka yang dijamah Tuhan menyanyikan pujian dan bersorak hosana (ayat 14-16).
Gereja seharusnya menjadi tempat orang bertemu dengan Tuhan, menikmati dan mengalami karya Tuhan yang membebaskan manusia dari belenggu dosa. Kita yang adalah umat Tuhan dipanggil sebagai agen Allah untuk memfungsikan gereja sebagaimana seharusnya. Menjadikan gereja yang berfungsi sesuai firman Tuhan merupakan tugas kita sebagai jemaat dan bukan hanya tanggung jawab para rohaniwan.
Doaku: Tuhan, ajar kami menggunakan gereja pemberian-Mu dengan benar yaitu tempat kasih-Mu dipraktikkan.
SH: Mat 21:12-17 - Rumah doa atau sarang penyamun? (Kamis, 4 Maret 2010) Rumah doa atau sarang penyamun?
Hal pertama yang Yesus lakukan setelah tiba di Yerusalem adalah
menyucikan Bait Allah. Ini menegaskan bahwa Yesu...
Rumah doa atau sarang penyamun?
Hal pertama yang Yesus lakukan setelah tiba di Yerusalem adalah menyucikan Bait Allah. Ini menegaskan bahwa Yesus memang datang sebagai raja dalam hal rohani, bukan fisik. Tapi mengapa Bait Allah harus disucikan?
Seharusnya Bait Allah adalah rumah doa (ayat 13; Yes. 56:7) tempat umat beribadah dan menyembah Allah. Bait Allah juga melambangkan kehadiran Allah yang memancarkan kemuliaan dan kasih di tengah umat-Nya. Maka tidak heran Yesus melakukan mukjizat penyembuhan bagi mereka yang datang ke situ (ayat 14). Sebagai akibatnya, Yesus dielu-elukan sebagai Mesias (ayat 15).
Kenyataannya Bait Allah sudah disalahgunakan dan dinajiskan oleh orang-orang yang berjualan di halaman Bait Allah, bahkan oleh para pemuka agama. Di situ ada bandar penukaran uang dengan kurs yang sangat tinggi. Padahal setiap orang dari luar Yerusalem yang ingin beribadah di Bait Suci haruslah menukar uangnya ke mata uang lokal untuk membayar pajak Bait Suci. Demikian juga para pedagang hewan kurban yang bersekongkol dengan para imam untuk menjual hewan kurban dengan harga yang mencekik leher. Pada saat yang sama mereka menolak hewan yang dibawa orang dari luar dengan alasan dibuat-buat. Mereka telah mengalihfungsikan halaman Bait Allah dari tempat satu-satunya orang-orang bukan Yahudi boleh turut beribadah kepada Allah Israel dengan menjadikannya pasar untuk bisnis yang kotor. Tak heran Yesus marah dan menuduh para pedagang ini telah mengubah Bait Suci menjadi sarang penyamun (ayat 13; Yer. 7:11). Dari sikap para pemuka agama yang marah mendengar pujian bagi Yesus, kita tahu bahwa mereka selain dengki kepada Yesus, mereka rupanya terlibat pula dalam kejahatan tersebut.
Gereja memang bukan Bait Allah. Namun gereja adalah komunitas orang percaya yang menjalankan fungsi ibadah dan persekutuan. Maka gereja harus dijalankan dengan kudus dan bukan untuk kepentingan pribadi.
SH: Mat 21:12-22 - Ketegasan dan kasih Yesus (Jumat, 1 Maret 2013) Ketegasan dan kasih Yesus
Philip Yancey dalam bukunya "Bukan Yesus yang saya kenal" mengatakan bahwa semakin banyak ia mempelajari Yesus, semakin suk...
Ketegasan dan kasih Yesus
Philip Yancey dalam bukunya "Bukan Yesus yang saya kenal" mengatakan bahwa semakin banyak ia mempelajari Yesus, semakin sukar ia mengetahui siapa sebenarnya sosok Yesus itu. Yesus seringkali hanya digambarkan sebagai Pribadi yang penuh kasih dan kelemah-lembutan. Namun Kitab Suci memberikan gambaran yang utuh tentang Yesus sebagai pribadi yang tegas tetapi juga penuh kasih.
Ketegasan Yesus ditunjukkan dengan kemarahan-Nya, saat melihat para pedagang menyalahgunakan tempat ibadah dan memeras umat. Para imam menolak binatang kurban yang tidak dibeli di Bait Allah, sehingga para pendatang yang ingin mempersembahkan kurban, harus membeli binatang kurban di Bait Allah yang harganya sudah dinaikkan berlipat ganda. Juga, uang asing dinyatakan tidak berlaku, sehingga para pendatang harus menukarkan uangnya terlebih dahulu. Dari penukaran uang ini, mereka juga mengambil untung.Tepatlah kalau Yesus menyebut mereka sebagai penjahat.Ketegasan Yesus juga ditunjukkan dengan pengutukan pohon ara, sebagai simbol penghakiman Tuhan bagi para pemimpin agama yang dari luarnya terlihat bagus dan rapi, tetapi di dalamnya rusak dan tidak berbuah.
Di antara kisah tersebut, ada dua kisah yang menunjukkan kasih-Nya. Yesus menyembuhkan orang sakit (14) dan kesabaran-Nya terhadap kegagalan para murid dalam mengerti pengajaran-Nya. Dari komentar para murid mengenai pengutukan pohon ara (20), kita tahu bahwa mereka gagal mengerti arti simbol tersebut. Yesus bisa saja mengatakan bahwa mereka tidak perlu memedulikan pohon ara itu, karena hanya tindakan simbolis untuk menyatakan bagaimana imam-imam besar kelihatan hebat, tetapi sebetulnya tidak berbuah. Namun, Yesus menanggapi dengan memberi penjelasan lengkap akan doa dan percaya (21).
Bersyukurlah untuk ketegasan dan kasih-Nya.Ketegasan-Nya membuat kita semakin peka terhadap kehendak-Nya. Kasih-Nya membuat kita tidak pernah merasa sendiri dan diterima apa adanya.
SH: Mat 21:12-17 - Melawan Komersialisasi Agama (Senin, 13 Maret 2017) Melawan Komersialisasi Agama
Komersialisasi agama atau politisasi agama sangat ditentang oleh Yesus. Pengusiran para pedagang dan jawaban Yesus kepad...
Melawan Komersialisasi Agama
Komersialisasi agama atau politisasi agama sangat ditentang oleh Yesus. Pengusiran para pedagang dan jawaban Yesus kepada para imam dan ahli Taurat semakin memperuncing situasi yang terjadi di antara mereka. Mewartakan kebenaran tidak selalu diterima dengan senang hati.
Saat memasuki kota Yerusalem, tempat yang pertama kali didatangi Yesus adalah Bait Allah. Persembahan menggunakan mata uang asing diharamkan karena uangnya bergambar kaisar Romawi. Pelarangan itu dimanfaatkan oleh para imam untuk menyediakan jasa penukaran uang, hewan kurban, dan lain sebagainya. Bagi mereka yang membawa hewan kurban sendiri sudah pasti akan dipersulit uji kelayakannya (berdasar ketentuan hewan kurban dalam Imamat 27). Monopoli seperti memberikan keuntungan besar ini bagi para pedagang dan imam, namun merugikan rakyat Israel. Termasuk burung merpati yang adalah hewan kurban paling murah, biasa dipilih orang miskin, dikuasai para pedagang. Tidak heran jika pelataran Bait Allah menjadi pasar.
Boleh jadi dari tahun ke tahun Bait Allah telah berubah menjadi tempat perdagangan, sekarang waktunya untuk bertindak. Tindakan pengusiran pedagang dan membalikkan meja penukar uang serta bangku penjual merpati oleh Yesus jauh dari citra lemah lembut. Pelanggaran yang dilakukan harus dilawan dan fungsi Bait Allah patut diluruskan kembali. Pengusiran pedagang dilanjutkan dengan mukjizat penyembuhan para orang buta dan timpang membuat para imam dan ahli Taurat semakin jengkel, khususnya saat mereka mendengar anak-anak berseru, "Hosana bagi Anak Daud!" Jawaban Yesus mengutip Mazmur 8:2-3 telak membungkam gugatan mereka.
Ketika pemegang otoritas agama memanipulasi kuasa Allah untuk kepentingan diri, maka diperlukan tindakan lebih untuk menegakkan kebenaran. Keberanian ini berisiko. Damai sejahtera bukan berarti tanpa konfrontasi. Sebab kejahatan yang dengan sengaja direncanakan dan dilakukan secara terstruktur tidak dapat ditoleransi lagi. [YTP]
SH: Mat 21:12-22 - Jengkel (Jumat, 17 September 2021) Jengkel
Satu di antara sekian banyak perasaan yang ada pada diri manusia adalah jengkel. Perasaan ini dapat muncul ketika orang tak mendapatkan apa y...
Jengkel
Satu di antara sekian banyak perasaan yang ada pada diri manusia adalah jengkel. Perasaan ini dapat muncul ketika orang tak mendapatkan apa yang diinginkannya. Rasa ini ada pada setiap orang, tua muda, besar kecil, kaya miskin, laki-laki atau perempuan. Aspek yang membedakan adalah respons orang tersebut ketika perasaan itu datang.
Bacaan kita hari ini memperlihatkan bahwa baik Yesus maupun para pemimpin umat dapat merasa jengkel. Yesus mengusir dan membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku penjual merpati di halaman Bait Allah (12-13). Tak mungkin orang mengatakan bahwa Yesus tak marah ketika Ia melakukan hal itu. Pada kesempatan lain, Yesus juga marah ketika ingin makan buah ara, namun tak mendapatinya. Ia mengutuk pohon itu sehingga seketika menjadi kering (19). Bukan hanya Yesus, para imam kepala dan ahli-ahli Taurat pun jengkel ketika mereka melihat apa yang dikerjakan Yesus (15).
Sebagaimana dinyatakan pada awal renungan ini bahwa jengkel adalah perasaan manusiawi yang dapat muncul pada siapa saja, maka terimalah dan kelolalah perasaan itu dengan baik. Tak perlu menyangkali atau berusaha menghilangkannya. Satu-satunya hal yang perlu diingat dan disadari adalah pengendalian diri yang baik ketika rasa jengkel itu muncul.
Yang pertama adalah mengendalikan ucapan. Bukan sekadar karena Yesus yang mengucapkan, tetapi karena ucapan mengandung kuasa. Jadi, berhati-hatilah dengan ucapan ketika sedang jengkel. Salah-salah, kita mengucapkan kutuk, bukannya berkat. Ingatlah bahwa Yesus tidak mengutuk manusia melainkan pohon ara.
Selanjutnya adalah upaya untuk mengendalikan sikap. Bila kita mampu mengendalikan ucapan, maka mengendalikan perilaku bisa menjadi lebih mudah.
Perasaan jengkel yang dibuahi dengan perkataan yang tidak membangun, serta tindakan kasar, keras, atau jahat, hanya akan membawa akibat buruk bagi diri sendiri maupun orang lain. Karena itu, kendalikanlah perasaan jengkel kita. [JCP]
SH: Mat 21:18-22 - Siap setiap saat (Kamis, 24 Februari 2005) Siap setiap saat
Seorang mahasiswa yang merasa tidak siap mengikuti ujian,
meminta dosennya menunda ujian tersebut. Sang dosen menolak
kare...
Siap setiap saat
Seorang mahasiswa yang merasa tidak siap mengikuti ujian, meminta dosennya menunda ujian tersebut. Sang dosen menolak karena jadwal ujian sudah ditetapkan jauh hari sebelumnya. Siap atau tidak, mahasiswa tersebut harus mengikuti ujian.
Tindakan Yesus menjelang saat sengsara-Nya ditujukan untuk
mempersiapkan murid-murid-Nya. Karena lapar dalam perjalanan
(ayat 18), Tuhan Yesus ingin makan buah ara, tapi saat itu belum
musimnya. Maka la mengutuk pohon ara itu (ay. 19, band.
Tuhan Yesus mengajarkan dua hal kepada para murid-Nya. Pertama, Tuhan menuntut murid-murid-Nya senantiasa siap melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Dan apabila mereka tidak siap, Tuhan tidak segan mendisiplin. Sebagaimana seorang tukang periuk dapat menghancurkan hasil pekerjaannya yang dianggapnya tidak memenuhi syarat (band. Yer. 18:3-6). Demikian pula pohon ara dapat diubah oleh Tuhan Yesus menjadi kering. Bagi murid-murid hal ini adalah suatu peristiwa yang mustahil (ayat 20). Oleh karena itu, Tuhan Yesus masuk kepada pelajaran kedua. Tuhan Yesus mengajarkan murid-murid-Nya tentang pentingnya memiliki iman. Dengan iman mereka dapat melakukan perkara yang besar bagi Kerajaan Surga (ayat 21-22).
Situasi di negara kita saat ini membuat sebagian orang Kristen memilih untuk tidak mengabarkan Injil. Mereka berdalih dengan mengatakan sekarang belum waktunya (Hag. 1:2) atau mustahil melakukannya. Sebagai murid Tuhan kita harus siap melayani Tuhan, baik atau tidak baik waktunya (ayat 2Tim. 4:2). Dengan iman, tidak ada yang mustahil untuk kita lakukan. Lagipula Tuhan berjanji untuk menyertai kita senantiasa.
Renungkan: Dunia yang semakin jahat memerlukan kehadiran anak-anak Tuhan. Karena itu, kita harus menjadi saksi-saksi Kristus agar banyak orang diselamatkan.
SH: Mat 21:18-22 - Penghukuman Tuhan (Jumat, 5 Maret 2010) Penghukuman Tuhan
Tidak ada satu hal pun yang Yesus lakukan yang demi untuk memuaskan
diri-Nya sendiri. Setiap hal yang Yesus lakukan adalah mel...
Penghukuman Tuhan
Tidak ada satu hal pun yang Yesus lakukan yang demi untuk memuaskan diri-Nya sendiri. Setiap hal yang Yesus lakukan adalah melakukan kehendak Bapa-Nya di Sorga. Demikian juga dalam peristiwa Yesus mengutuk pohon ara. Yesus seakan-akan melakukan suatu dosa yakni marah yang berlebihan sampai mengutuk sebuah pohon. Padahal sebenarnya bukan demikian.
Tindakan Yesus mengutuk pohon ara merupakan tindakan simbolis, serupa dengan perumpamaan Yesus mengenai pohon ara yang tidak berbuah di Luk. 13:6-7. Bangsa Israel, yang diwakili oleh orang banyak dan para pemuka agama bagaikan pohon ara yang tidak berbuah. Kehidupan mereka penuh kemunafikan. Hal itu bukan hanya terlihat saat beberapa kali konfrontasi Yesus dengan para pemuka agama, tetapi terlihat mencolok dari cara mereka memperlakukan Bait Allah. Mereka menajiskan dan menyalahgunakan Bait Allah dan tidak merasa hal itu sebagai sesuatu yang salah dan dibenci Tuhan. Itu hanyalah salah satu tanda kegagalan mereka. Penolakan mereka untuk bertobat setelah mendapat nasihat dan teguran keras Yesus membuktikan bahwa mereka layak dihukum!
Sayang para murid hanya terpukau pada mukjizat, tidak mampu melihat pengajaran penting di balik tindakan Yesus. Maka sekali lagi Yesus mengajarkan para murid pentingnya iman, bukan semata-mata untuk melakukan mukjizat, tetapi untuk melakukan kehendak Allah. Membuat pohon ara yang hidup menjadi mati dalam sekejap memerlukan kuasa Allah. Apalagi hidup menegakkan kebenaran dan hidup di dalamnya membutuhkan iman yang berani menyerahkan diri kepada Tuhan untuk diproses dan dibentuk Tuhan.
Apa bukti bahwa hidup kita seperti pohon ara yang berbuah? Adakah kemunafikan yang harus dibuang? Adakah teguran dan nasihat dari firman yang perlu diterima dan ditaati? Memang perlu keberanian iman untuk menyaksikan dan mempraktikkan kebenaran.
SH: Mat 21:18-22 - Kuasa karena Percaya (Selasa, 14 Maret 2017) Kuasa karena Percaya
Yesus mengajar betapa besar kuasa yang dapat dilakukan seseorang dengan imannya. Bukan kuasa manusia, melainkan kuasa Allah yang...
Kuasa karena Percaya
Yesus mengajar betapa besar kuasa yang dapat dilakukan seseorang dengan imannya. Bukan kuasa manusia, melainkan kuasa Allah yang tidak terbatas. Dengan berdoa, kita belajar menjaga hati yang percaya dan menyerahkan hidup dalam penyelenggaraan Tuhan.
Pohon ara merupakan tanaman yang sangat populer di Israel. Tanda bahwa pohon ara berbuah ialah tumbuhnya daun-daun sehingga dari jauh kerimbunannya sudah terlihat. Ternyata Yesus tidak mendapati buah, melainkan hanya daun-daunnya saja. Kekecewaan tidak mendapati buah diungkapkan dengan perkataan, "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" (19) Seketika itu juga keringlah pohon ara itu.
Kuasa Yesus sungguh nyata. Yang tidak berkenan kepada-Nya langsung layu mengering seketika. Peristiwa itu membuat para murid belajar untuk melatih iman dan kepercayaan tanpa keraguan kepada Allah. Namun, bukan manusia yang mengerjakannya, melainkan Tuhan sendiri.
Pohon buah dipelihara karena diharapkan buahnya. Bila pohon tumbuh besar dan rimbun, namun tidak berbuah tidak ada gunanya. Pohon ara mengering seketika karena Tuhan Yesus tidak mendapati buah padanya. Hidup manusia di dunia seperti pohon yang diharapkan buahnya, bila tidak berbuah lebih baik diganti pohon lain saja.
Peristiwa ini juga mengajar murid-murid Yesus bahwa perkataan yang keluar dari keyakinan memiliki kuasa yang besar. Karena itu, tidak boleh digunakan dengan sembarangan. Berdoa memampukan para murid semakin mengerti maksud dan kehendak Allah. Saat kepercayaan itu dinyatakan dalam ucapan maupun tindakan iman, sesuatu pasti terjadi.
Iman yang memiliki kuasa Allah haruslah digunakan untuk kebaikan. Kisah Yesus dan pohon ara yang kering menjadi pelajaran sekaligus peringatan bagi orang-orang percaya. Berbalikan dengan kuasa yang membawa kematian, kuasa yang harus diupayakan perwujudannya adalah kuasa yang membawa kehidupan dan keselamatan. [YTP]
Topik Teologia: Mat 21:4 - -- Yesus Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus
Nubuat-nubuat tentang Kristus dan Penggenapannya
Keadaan dan Peristiwa yang Berkenaan ...
- Yesus Kristus
- Nubuat-nubuat tentang Kristus
- Nubuat-nubuat tentang Kristus dan Penggenapannya
- Keadaan dan Peristiwa yang Berkenaan dengan Pelayanan Kristus
- Kristus Memasuki Yerusalem dengan Kemenangan
- Penggenapan
- Yesus Kristus
- Penggenapan
Topik Teologia: Mat 21:9 - -- Yesus Kristus
Penggenapan
Mat 21:4-10
Anak Daud
Mat 12:23 Mat 21:9 Mar 10:47-48
- Yesus Kristus
- Penggenapan
- Anak Daud
Topik Teologia: Mat 21:11 - -- Yesus Kristus
Penggenapan
Mat 21:11 Luk 24:19 Yoh 4:19 Kis 3:22 Kis 7:37
Nabi
Mat 21:11 Luk 7:16 Luk 24:17-21...
Topik Teologia: Mat 21:12 - -- Yesus Kristus
Penggenapan
Mat 21:12-13 Yoh 2:13-17
Yesus Menyucikan Bait Allah
Mat 21:12-1...
- Yesus Kristus
- Penggenapan
- Yesus Menyucikan Bait Allah
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Pemilihan Allah
- Pemilihan Allah akan Tempat Penyembahan
- Pemenuhan Allah akan Janji-Janji-Nya
- Bait Allah
Topik Teologia: Mat 21:13 - -- Yesus Kristus
Penggenapan
Mat 21:12-13 Yoh 2:13-17
Yesus Menyucikan Bait Allah
Mat 21:12-1...
- Yesus Kristus
- Penggenapan
- Yesus Menyucikan Bait Allah
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Pemilihan Allah
- Pemilihan Allah akan Tempat Penyembahan
- Pemenuhan Allah akan Janji-Janji-Nya
- Bait Allah
Topik Teologia: Mat 21:14 - -- Yesus Kristus
Penggenapan
Mat 11:4-6 Mat 15:30 Mat 21:14 Yoh 6:1-2 Yoh 20:30-31
Kemanusiaan Kristus
Pekerjaan-P...
- Yesus Kristus
- Penggenapan
- Kemanusiaan Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Mujizat-mujizat sebagai Pemeliharaan Khusus dari Allah
- Contoh Mujizat-mujizat
- Mujizat-mujizat Penyembuhan Keselamatan dan Restorasi
Topik Teologia: Mat 21:15 - -- Yesus Kristus
Kemanusiaan Kristus
Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
Yesus Sangat Tanggap
Dia Memiliki Daya Inga...
- Yesus Kristus
- Kemanusiaan Kristus
- Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
- Yesus Sangat Tanggap
- Dia Memiliki Daya Ingat
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Pandangan Yesus Atas Perjanjian Lama
- Kristus Memakai Perjanjian Lama Secara Otoritatif
- Yesus Memakai Perjanjian Lama di Dalam Pembuktian Kesalahan (Refutasi)
- Kristus Menyalahkan Pemimpin Orang Yahudi dengan Perjanjian Lama
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
- Memuji Allah
- Yang Ikut Ambil Bagian dalam Memuji Allah
- Anak-anak Memuji Allah
Topik Teologia: Mat 21:16 - -- Yesus Kristus
Kemanusiaan Kristus
Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
Yesus Sangat Tanggap
Dia Memiliki Daya Inga...
- Yesus Kristus
- Kemanusiaan Kristus
- Kristus Memiliki Natur Intelektual Manusia
- Yesus Sangat Tanggap
- Dia Memiliki Daya Ingat
- Wahyu Allah
- Wahyu Khusus
- Kehidupan Kristen: Tanggung Jawab kepada Allah
- Memuliakan Allah
Topik Teologia: Mat 21:18 - -- Yesus Kristus
Kemanusiaan Kristus
Kristus Memiliki Tubuh Manusia
Yesus Memiliki Keterbatasan Jasmaniah
Dia Membutuhkan M...
- Yesus Kristus
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Mujizat-mujizat sebagai Pemeliharaan Khusus dari Allah
- Contoh Mujizat-mujizat
- Mujizat di Dalam Alam
TFTWMS: Mat 21:1-7 - Persiapan PERSIAPAN (Matius 21:1-7)
1 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem dan tiba di Betfage yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh ...
PERSIAPAN (Matius 21:1-7)
1 Ketika Yesus dan murid-murid-Nya telah dekat Yerusalem dan tiba di Betfage yang terletak di Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya 2 dengan pesan: "Pergilah ke kampung yang di depanmu itu, dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku. 3 Dan jikalau ada orang menegor kamu, katakanlah: Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya." 4 Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: 5 "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda." 6 Maka pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka. 7 Mereka membawa keledai betina itu bersama anaknya, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka dan Yesuspun naik ke atasnya.
Ayat 1. Yesus dan para pengikut-Nya sudah meninggalkan Yerikho (20:29) dan tiba di Betania di mana mereka menginap di sana (Yoh. 12:1). Betania, yang namanya berarti "rumah buah ara," adalah rumah Lazarus dan dua saudara perempuannya, Maria dan Marta (Yohanes 11:1, 12:1). Tempat itu terletak di lereng timur Bukit Zaitun, sekitar tiga kilometer sebelah timur Yerusalem (Yoh. 11:18).
Pada keesokan harinya, Yesus dan kelompok-Nya bertolak menuju Yerusalem. Hingga kini dalam Matius, kota suci itu hanya disebut beberapa kali. Orang majus pernah pergi ke sana untuk mencari informasi yang akan menuntun mereka kepada bayi Kristus (2:1). Mereka yang berasal dari Yerusalem pergi ke luar untuk melihat Yohanes Pembaptis di padang gurun (3:5) dan, belakangan, Yesus di Galilea (4:25). Para pemimpin Yahudi telah berjalan dari Yerusalem untuk mendiskreditkan Dia (15:1, 2). Namun begitu, Matius tidak menunjukkan bahwa Yesus pernah mengunjungi kota ini sebelum waktu ini. (Orang harus membaca Injil Yohanes untuk mendapat catatan tentang kunjungan-Nya ke kota itu.) Namun demikian, Yerusalem disebut oleh Yesus dalam ramalan sengsara-Nya (16:21; 20:17, 18). Kedatangan Yesus ke kota suci itu adalah untuk menggenapi nubuatan-Nya sendiri.
Setelah meninggalkan Betania, Yesus dan para pengikut-Nya tiba di Betfage, sebuah nama yan artinya "rumah buah ara yang mentah [atau muda]." Meski lokasi tepatnya tidak diketahui, kemungkinan besar terletak antara Betania dan Yerusalem.
Bukit Zaitun adalah nama yang diberikan kepada puncak yang menjulang setinggi 850 meter (pada titik tertingginya) di atas permukaan laut, sekitar 80 meter di atas bukit bait suci di sisi timur Yerusalem. Dari puncak gunung ini, orang bisa menikmati pandangan sekilas pertamanya atas kota yang megah ini (Luk. 19:41). Gunung itu panjangnya sekitar tiga kilometer dari utara ke selatan, terdiri dari empat puncak, yang dikenal sebagai Karem, Kenaikan, Gunung Para Nabi, dan Gunung Penyinggungan.
Puncak yang kedua dan ketiga, yang hanya dipisahkan oleh lembah yang dangkal, sering digabung dan disebut "Bukit Zaitun Unggul."6Jalan antara Yerusalem dan Betania berkelok-kelok di sekitar pertengahan antara puncak-puncak ini.
Ayat 2. Ketika rombongan itu mendekati Betfage, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya melakukan misi, dengan memberitahu mereka, "Pergilah ke kampung yang di seberangmu itu" (NASB). Perintah itu bisa juga diterjemahkan, "Pergilah ke kampung yang di depanmu" (TB; NRSV; JNT). Tidak pasti apakah yang terlihat itu Betfage atau tempat lain.
Kemudian Yesus berkata, "Dan di situ kamu akan segera menemukan seekor keledai betina tertambat dan anaknya ada dekatnya. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah keduanya kepada-Ku." Markus dan Lukas hanya menyebut "keledai muda" (Mrk 11:2; Luk 19:30). Penghilangan ini pastinya karena keledai muda itu adalah hewan yang Yesus tunggangi ke dalam kota. Mereka memberitahukan bahwa keledai itu belum pernah ditunggai sebelumnya (Mrk. 11:2; Luk. 19:30). Kehadiran induknya akan menjadi kekuatan yang menenangkan di tengah-tengah kerumunan orang yang bising.
Ayat 3. Yesus memerintahkan dua murid itu apa yang harus dikatakan jika ada orang yang menanya mereka. Bagaimanapun, akan aneh bagi orang asing untuk masuk ke sebuah desa dan mengambil keledai seseorang tanpa konfrontasi.7Murid-murid itu diberitahu untuk berkata, "Tuhan memerlukannya. Ia akan segera mengembalikannya." Mengapa pemilik keledai itu (Luk 19:33) dengan sangat mudahnya menyerahkan hewannya kepada orang-orang ini tidaklah dijelaskan. Mereka sepertinya mengenal Yesus dan bisa jadi sudah menjadi murid-Nya —sebagaimana disiratkan oleh acuan "Tuhan memerlukannya." Keinginan Kristus untuk menggunakan hewan ini pastinya sudah diatur sebelumnya. Leon Morris berpendapat bahwa perkataan Yesus itu mungkin merupakan "kata sandi yang sudah diatur sebelumnya."8
Ayat 4. Tampaknya simbolisme menyelimuti peristiwa masuknya Yesus ke dalam Yerusalem. Orang-orang Yahudi biasanya mengaitkan keledai dengan kerajaan. Para raja dan para penakluk mereka menunggang keledai atau bagal (Mrk. 11:2; Luk. 19:30). Menunggang keledai, sebagai kebalikan dari menunggang kuda, juga merupakan petunjuk bahwa seorang raja datang dalam damai (lihat Hak. 5:10; 1 Raja 1:33). Alasan yang jelas bagi Yesus memasuki Yerusalem dengan cara seperti itu adalah untuk mengesankan kaum itu, dan semua keturunannya, mengenai sifat rohani kerajaan-Nya. Yesus memang datang sebagai "Raja Damai" (Yes. 9:6).
Ketika Yesus Raja masuk dengan lembut ke dalam Yerusalem, dengan menunggang seekor keledai, Ia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama. Kebenaran ini ditekankan dalam Matius dengan sebutan umum: Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi: (lihat 11:22; 2:15, 17, 23; 4:14; 8:17; 12:17; 13:35; 26:56; 27:9). "Nabi" itu tidak diidentifikasi di sini. Namun begitu, beberapa saksi kuno menulis "Zakharia," sementara yang lain mengatakan "Yesaya."9
Ayat 5. Kutipan di sini adalah gabungan dari Yesaya 62:11 dan Zakharia 9:9: "Katakanlah kepada puteri Sion: Lihat, Rajamu datang kepadamu, Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda."
Sudah menjadi kebiasaan orang Yahudi untuk mengambil dua nubuatan dengan tema yang sama dan menggabungkan keduanya.10"Katakanlah kepada puteri Sion" berasal dari Yesaya 62:11. Kata-kata yang serupa muncul dalam Zakharia 9:9, yang dimulai dengan, "Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion." Kutipan lainnya tentang kedatangan Raja berasal dari nubuatan yang belakangan ini.
Ungkapan "puteri Sion" sering digunakan dalam Perjanjian Lama untuk mengacukan Yerusalem (Maz. 9:14; Yes. 37:22; Yer. 4:31; Lam. 1:6). Kata itu bisa juga mengacu kepada penduduk kota. Aslinya, Sion mengacu kepada benteng orang Yebus yang direbut oleh Daud dan menjadi terkenal sebagai "kota Daud" (2 Sam. 5:7). Itu adalah tempat istananya (2 Sam. 5:11). Itu adalah tempat Daud meletakkan tabut perjanjian ketika ia membawanya ke Yerusalem (2 Sam. 6:12). Belakangan, setelah Salomo mendirikan bait suci di sebelah utara kota Daud, tabut itu dibawa ke sana (1 Raja 8:1). Nama "Sion" kemudian dikaitkan dengan bukit bait suci (Maz. 74:2). Akhirnya istilah itu digunakan untuk seluruh kota (Maz. 48).
Nubuatan Zakharia 9:9 meramalkan seorang Raja yang akan datang ke Yerusalem. Ia digambarkan sebagai orang yang "tenang" (prauoeĂ·Ăź, praus) atau "lemah lembut" (lihat komentar tentang 5:5; 11:29). Cara masuk-Nya yang penuh damai terlihat sangat beda dengan kereta kuda, kuda perang, dan busur perang (Zak. 9:10). Meski tidak dimuat dalam Matius, nubuatan itu juga menggambarkan Dia sebagai "adil dan dianugrahi dengan keselamatan" (NASB).
Ayat 6. Meski mereka tidak memahami pentingnya hal-hal ini sampai setelah Yesus dimuliakan (Yoh. 12:16), namun pergilah murid-murid itu dan berbuat seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka. Mereka menghadapi perlawanan awal dari "beberapa orang yang ada di situ"(Mrk. 11:5), yang dalam Lukas 19:33 diidentifikasi sebagai "empunya" keledai muda itu. Ketika para murid itu memberitahu si pemilik, "Tuhan memerlukannya" (21:3) mereka dengan sukarela mengizinkan hewan itu digunakan (Mrk. 11:6; Luk. 19:34).
Ayat 7. Murid-murid itu membawa keledai betina itu bersama anaknya kepada Yesus. Biasanya keledai betina tidak dipisahkan dari anaknya.11Karena keledai itu tidak punya pelana, maka para murid itu mengalasinya dengan pakaian mereka. Kata Yunani iJmaĂ·tion (himation), ketika dalam bentuk jamak, bisa berarti "pakaian" pada umumnya. Namun begitu, istilah itu sering mengacu kepada "jubah." Kelihatannya, para murid itu mengalasi keledai bentina dan anaknya itu dengan pakaian luar mereka.
Setelah ini, Yesus naik ke atasnya. Teks Yunani itu secara harfiah mengatakan bahwa Yesus duduk di atas "mereka." Haruskan ini diartikan untuk berarti bahwa Ia menunggangi kedua hewan itu? Beberapa orang berpikir begitu. Mereka menduga Matius menafsirkan Zakharia 9:9 untuk mengatakan "mengendarai seekor keledai, dan seekor keledai beban yang muda." Dengan cara ini, pernah dikatakan, Matius berusaha untuk menunjukkan bahwa Yesus menggenapi sepenuhnya nubuatan itu.
Namun begitu, penafsiran seperti itu tidak perlu. Bahasa itu tidak mengharuskan Yesus menunggangi kedua hewan itu. Ia akan duduk di atas keledai muda itu dengan induknya berada di sisi kananya.12Baik alam dan akal sehat menuntut Yesus hanya menunggang keledai muda itu.
TFTWMS: Mat 21:8-11 - Sambutannya SAMBUTANNYA (Matius 21:8-11)
8 Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dar...
SAMBUTANNYA (Matius 21:8-11)
8 Orang banyak yang sangat besar jumlahnya menghamparkan pakaiannya di jalan, ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan. 9 Dan orang banyak yang berjalan di depan Yesus dan yang mengikuti-Nya dari belakang berseru, katanya: "Hosana bagi Anak Daud, Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Hosana di tempat yang mahatinggi!" 10 Dan ketika Ia masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu dan orang berkata: "Siapakah orang ini?" 11 Dan orang banyak itu menyahut: "Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea."
Ayat 8. Kerumunan orang itu mungkin sudah mengikuti Yesus dari Betania atau sedang menunggu Dia di Bukit Zaitun. Yang lainnya datang dari Yerusalem untuk bertemu dengan Dia, dan beberapa lagi sepertinya adalah para peziarah yang masuk ke kota itu untuk merayakan Paskah. Beberapa orang mungkin datang dari Galilea. Ketika Yesus yang menunggang keledai muda itu melewati kerumunan orang banyak, para jamaah itu menghamparkan pakaiannya di jalan. Seperti dalam ayat 7, istilah "mantel" mengacu kepada "jubah" mereka (NIV; NRSV), artinya, pakaian luar mereka. Melepaskan jubah dan menghamparkannya di hadapan seorang raja adalah cara kuno untuk menunjukkan rasa hormat kepada otoritasnya (2 Raja 9:13), seolah-olah mengatakan, "Saya menyerahkan diri saya ke tangan Anda."
Ada pula yang memotong ranting-ranting dari pohon-pohon dan menyebarkannya di jalan. Markus 11:8 mengatakan bahwa mereka menyebarkan "ranting-ranting hijau yang mereka ambil dari ladang," sedangkan Yohanes 12:13 secara khusus menyebu "daun-daun palem." Pohon palem telah lama dikaitkan dengan pelbagai peristiwa sakral. Hukum Taurat memerintahkan bahwa daun palem digunakan selama Hari Raya Pondok Daun (Ima. 23:40, 42; lihat Neh. 8:15). Lambang pohon palem terlihat di bait Salomo (1 Raja 6:29, 32, 35) dan dalam penglihatan Yehezkiel tentang bait suci yang baru (Yeh. 40:16-37; 41:18-20, 25, 26). Pohon-pohon palem menghiasi sinagoga kuno, termasuk sinagoga yang terawat baik di Kapernaum. Dalam suatu penglihatan sorgawi, Yohanes melihat orang banyak berjubah putih memegang ranting pohon palem di tangan mereka sambil mereka berdiri di hadapan takhta Allah (Why. 7:9).
Pohon palem juga berfungsi sebagai simbol nasionalisme. Ranting dan daun palem ditampilkan dalam koin Yahudi selama periode antar-perjanjian dan di era Perjanjian Baru. Pada zaman Makabis, ranting-ranting palem digunakan dalam pelbagai perayaan setelah musuh-musuh orang Yahudi dikalahkan.13Bisa juga terjadi bahwa perbedaan pandangan antara Yesus dan orang banyak itu diperlihatkan di sini. Dengan menunggang keledai muda, Yesus menyiratkan bahwa Ia tidak punya cita-cita revolusioner; sedangkan penggunaan ranting-ranting palem oleh orang banyak, suatu acuan kepada kemenangan Makabis, menyiratkan bahwa mereka memandang Dia sebagai mesias revolusioner.14
Ayat 9. Orang banyak mengelilingi Yesus, seolah-olah dalam prosesi kerajaan; beberapa orang berjalan di depan Dia, sementara yang lain mengikuti Dia. Selama waktu ini, mereka menyerukan kata-kata dari Mazmur 118. Mazmur ini, salah satu Mazmur Hallel (113-118) yang dinyanyikan pada perayaan Paskah, merayakan pembebasan Israel oleh Allah dari perbudakan Mesir. Mazmur ini jelas sekali bersifat mesianik dan merupakan mazmur yang sering dikutip di dalam Perjanjian Baru, terutama gambaran "batu penjuru" (21:42; Mrk. 12:10, 11; Luk. 20:17; Kisah 4:11; 1 Pet. 2:7).
Hosana adalah transliterasi Yunani dari ungkapan Ibrani. Istilah itu secara harfiah berarti "selamat sekarang" atau "selamat, kami doakan." Istilah itu akhirnya menjadi ungkapan pujian. Dalam konteks ini, istilah itu berasal dari Mazmur 118:25: "Ya TUHAN, berilah kiranya keselamatan! Ya TUHAN, berilah kiranya kemujuran!" (penekanan ditambahkan). Kerumunan orang itu menujukan pujian mereka kepada Anak Daud. Gelar ini, gelar mesias yang umum digunakan, mengidentifikasi Yesus sebagai pembebas yang mereka nantikan (lihat komentar tentang 1:1).
Orang banyak itu juga menggunakan bahasa Mazmur 118:26: "Diberkatilah dia yang datang dalam nama TUHAN!" Dalam tradisi Yahudi, seruan ini digunakan untuk menyambut para peziarah masuk ke dalam kota untuk hari-hari perayaan. Namun begitu, pada kesempatan ini, seruan itu untuk menghormati Raja yang mereka nantikan yang akan meresmikan kerajaan-Nya (Yoh. 12:13).15Kesalahpahaman orang banyak itu tentang kerajaan itu terbukti dari seruan mereka, "Hosana!" dan beberapa hari kemudian berseru, "Salibkan Dia!" (27:22). Mengapa berubah? Gambaran mereka tentang Dia sebagai Mesias telah berubah.
Ayat 10. Ketika Yesus masuk ke Yerusalem bersama orang-orang yang mengerumuni Dia dan yang berseru-seru, orang-orang yang berada di dalam kota ikut gempar.16Kata Yunani "gempar" adalah seiĂ·w (seiĹŤ), yang darinya kata Indonesia "seismik" berasal. Kata itu digunakan dalam dua kesempatan lain dalam Matius: ketika bumi mengalami "gempa" selama penyaliban Yesus (27:51) dan ketika para penjaga merasa "gentar" karena takut terhadap malaikat di makam (28:4). Dalam ayat 10 seiĹŤ diterjemahkan juga sebagai "tergerak" (KJV), "kacau" (NRSV), "dipenuhi kegembiraan" (NCV), dan "menjadi gempar" (TEV).
Orang-orang di dalam kota itu bertanya, "Siapakah orang ini?" Meski Yesus telah menghabiskan sebagian besar waktu-Nya di Galilea, Ia bukan orang asing bagi Yerusalem. Injil Yohanes mengungkapkan bahwa Ia telah berkunjung ke sana beberapa kali selama pelayanan-Nya (Yoh. 2:13; 5:1; 7:10, 14; 10:22, 23; 18:20). Pertanyaan ini mungkin keluar dari orang-orang Yahudi yang tinggal di Yerusalem dan terkejut melihat Yesus memasuki kota itu dengan cara seperti itu, atau orang-orang yang tidak bisa melihat Dia oleh karena kerumunan orang. Kemungkinan lain adalah bahwa pertanyaan itu diajukan oleh orang-orang Yahudi Helenistik yang sudah datang ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Karena orang-orang Yahudi yang datang ke perayaan itu berasal dari seluruh dunia Romawi (Kisah 2:5, 9-11), maka ada kemungkinan beberapa dari peziarah ini bahkan belum pernah mendengar tentang Yesus.
Ayat 11. Orang banyak itu menyahut, " "Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea." Orang banyak dalam kerumunan itu berasal dari Galilea dan datang ke Yerusalem untuk perayaan Paskah. Beberapa dari mereka bahkan telah mendampingi Yesus dan para rasul-Nya. Setelah mendengar Ia bicara dan melihat pelbagai mujizat yang Ia adakan, maka dengan kebanggaan atas daerah mereka, mereka dengan senang hati menyebut Dia sebagai nabi dari Galilea.
Tema Yesus sebagai seorang nabi terlihat juga dalam Matius 13:57 dan 16:14. Sesungguhnya, Ia adalah seorang nabi (Mrk. 6:15; Luk. 7:16; 13:33; Yoh. 4:44). Ia tidak hanya mengungkapkan hal-hal yang akan terjadi, tapi Ia juga menyampaikan pesan Allah kepada umat manusia. Pada kesempatan ini, kerumunan orang itu mungkin telah mengidentifikasi Yesus sebagai "Nabi [seperti Musa] yang akan datang ke dalam dunia" (Yoh. 6:14; lihat Ula. 18:15, 18; Yoh. 7:40; Kisah 3:22; 7:37).
Orang banyak itu juga berkata bahwa Yesus berasal dari kota "Nazaret" (lihat komentar tentang 2:23). Di zaman Perjanjian Baru, orang sering diacukan dengan nama dan tempat asalnya. Julukan "Yesus dari Nazaret" atau "Yesus orang Nazaret" sering muncul di dalam Perjanjian Baru (26:71; Mrk. 1:24; 10:47; 16:6; Luk. 4:34; 18:37; 24:19; Yoh. 1:45; 18:5, 7; Kisah 2:22; 3:6; 4:10; 6:14; 10:38; 22:8; 26:9). Para pembaca Matius akan tahu bahwa Yesus bukan hanya "dari Nazaret di Galilea" (21:11), tapi juga dari Betlehem di Yudea (2:1).17
Setelah masuk-Nya yang penuh kemenangan, Yesus meng-hadapi para pemimpin Yahudi secara lebih langsung. Selama beberapa hari berikutnya, pelbagai mujizat dan ajaran-Nya tidak hanya akan menakjubkan para pengikut-Nya tetapi juga membuat gusar lawan-lawan-Nya seraya pelbagai peristiwa bergerak menuju penyaliban.
TFTWMS: Mat 21:12-13 - Penyucian Bait Suci PENYUCIAN BAIT SUCI (Matius 21:12, 13)
12 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membali...
PENYUCIAN BAIT SUCI (Matius 21:12, 13)
12 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati 13 dan berkata kepada mereka: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun."
Matius secara langsung beralih dari masuk penuh kemenangan kepada penyucian bait suci, sedangkan Markus menunjukkan bahwa penyucian bait suci itu terjadi pada hari setelah masuk penuh kemenangan, ketika Yesus masuk kembali ke Yerusalem (Mrk. 11:11-19). Dengan kata lain, penyucian bait suci itu sebenarnya terjadi pada hari Senin dalam Minggu Sengsara itu.
Satu pertanyaan membingungkan melibatkan hubungan antara penyucian bait suci dalam Injil Sinoptik (21:12, 13; Mrk. 11:15-18; Luk. 19:45, 46) dan yang digambarkan dekat awal Injil Yohanes (Yoh. 2:13-17). Apakah semua peristiwa itu adalah peristiwa yang sama—peristiwa yang benar-benar terjadi selama Minggu Sengsara? Mungkinkah Yohanes menempatkan peristiwa penyucian bait suci di awal Injilnya untuk alasan teologis (ketimbang kronologis)? Haruskah kita percaya bahwa dua peristiwa ini adalah peristiwa yang terpisah, yang satu terjadi pada awal pelayanan Yesus dan yang satunya lagi di akhir pelayanan-Nya? Apakah dua peristiwa itu memiliki rincian dan lokasi kronologi yang berbeda? Sebuah pernyataan setelah penyucian bait suci oleh Yesus dalam injil Yohanes mendukung pandangan yang belakangan. Orang-orang Yahudi itu mengatakan bahwa selama ini mereka sudah membangun bait suci itu selama empat puluh enam tahun (Yoh. 2:20). Rekonstruksi oleh Herodes Yang Agung dimulai sekitar 19 S. M.,1yang mana itu memberi tanggal penyucian bait suci dalam inijil Yohanes pada 27 Masehi—awal pelayanan Yesus.
Ayat 12. Yesus masuk ke Bait Allah. Nabi Maleakhi menubuatkan waktu ketika Mesias akan datang ke bait Allah. "Seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu" Ia akan "mentahirkan orang Lewi" supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada Allah atas nama umat itu (Mal. 3:1-4). Ini sejalan dengan pengharapan mesianik Yahudi yang didasarkan pada penglihatan Yehezkiel 40-48 dan Zakharia 6:12, 13. Orang-orang Yahudi percaya bahwa Mesias akan memurnikan dan menghidupkan kembali bait Allah. Ia diharapkan membangkitkan bait itu dari penodaan oleh penakluk kafir Antiokhus Epifanes pada 167 S. M. dan Pompey pada 63 S. M. dan membersihkannya dari ibadah palsu yang dilakukan oleh umat Allah sendiri.2
Gagasan pemurnian ditemukan juga dalam pelbagai tulisan dari Pseudepigrafa: "Lihat, Tuhan, dan membangkitkan untuk mereka raja mereka, anak Daud, untuk memerintah atas hamba-Mu Israel pada waktu yang Engkau ketahui , ya Allah.… Ia akan membasuh Yerusalem (dan membuatnya) suci seperti halnya dari awal."3
Sebelumnya dalam Matius, Yesus memberitahukan kuasa-Nya atas bait suci (lihat komentar tentang 12:6). Penyucian bait suci oleh Dia berfungsi sebagai tindakan penghakiman simbolik yang menunjuk kepada kehancuran di masa depan (24:1, 2). Yesus akan segera mendirikan "bait suci" baru, gereja, yang di dalamnya pelbagai korban yang murni akan dipersembahkan (Rom. 12:1, 2; 1 Kor. 3:16, 17; Ibr. 13:15).
Penggunaan kata iËšero/n (hieron) ketimbang nao/Ăź (naos) untuk "bait suci" menunjukkan bahwa penyucian itu terjadi di pelataran luar. Tempat ini disebut "pelataran orang non-Yahudi" sebab orang non-Yahudi maupun orang Yahudi bisa masuk ke tempat itu. Di tempat inilah para pedagang itu melakukan bisnis mereka. Naos dalam kuil orang kafir adalah tempat keberadaan berhala. Itu adalah tempat suci di bait suci Yahudi.
Ketika Yesus masuk ke pelataran non-Yahudi, Ia mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Dalam penyucian bait suci di injil Yohanes, ia secara khusus menyebut kambing domba dan lembu sebagai barang-barang yang diperdagangkan (Yoh. 2:15). Hukum Taurat membolehkan orang Yahudi yang tinggal cukup jauh dari bait suci untuk membeli hewan korban di kota itu ketimbang membawanya dari ternak miliknya sendiri (Ula. 14:24-26).
Yesus tidak menyerang praktik ini, melainkan menentang pelbagai pelanggaran di sekitar praktik itu. Salah satu masalahnya adalah lokasi; Ia mungkin menentang para pedagang yang mendirikan toko di pelataran bait Allah yang sakral. Masalah lainnya adalah ketidakadilan. Imam-imam kepala telah mengambil keuntungan dari hukum Taurat untuk menambah kekayaan mereka dengan menjual beberapa ruangan di pelataran non-Yahudi kepada para pedagang untuk menjalankan bisnis mereka. Para pedagang itu terkenal suka mengutip lebih dari para pelanggan mereka. Juga, para imam itu mungkin menolak hewan korban yang dibawa dari tempat lain, hanya menyetujui hewan-hewan korban yang darinya mereka mendapat keuntungan.4
Selain mengusir orang-orang yang melakukan jual beli, Yesus juga membalikkan meja-meja penukar uang. Menurut Mishnah, "para penukar uang" menggelar meja mereka di bait suci pada tanggal dua puluh lima bulan Adar, satu bulan sebelum bulan Nisan ketika Paskah berlangsung.5Ini khususnya dilakukan untuk memfasilitasi pembayaran pajak bait suci (lihat komentar tentang 17:24) dan pembelian hewan serta barang-barang lainnya (seperti anggur, minyak, tepung) untuk korban.6Perubahan mata uang kepada standar yang konsisten memang diperlukan karena para peziarah itu datang dari seluruh wilayah Kekaisaran Romawi dan mereka membawa berbagai jenis mata uang.
Beberapa orang menyatakan bahwa uang asing itu harus ditukar karena begitu banyak uang koin itu yang memiliki simbol kafir atau gambar kaisar, yang menjijikan orang Yahudi (Kel. 20:4; Ula. 4:16-18, 5:8). Namun demikian, sumber-sumber kuno menunjukkan bahwa uang itu sebenarnya diubah menjadi koin Tirus.7Rupanya, mata uang Tirus itu merupakan padanan yang paling dekat bagi mata uang kuno Ibrani. Orang-orang Tirus adalah kaum pedagang, dan koin mereka dikenal memiliki berat yang tepat dan mengandung jumlah perak atau emas yang tepat juga.8Syikal Tirus (atau tetradrachma) menampilkan Melqart, ilah bangsa Fenisia, pada bagian depannya dan seekor rajawali di baliknya. Setelah menutup percetakan uang koin di Tirus, pemerintah Romawi membolehkan koin itu dicetak di Israel. Namun begitu, koin-koin itu harus mempertahankan gambar-gambar sebelumnya untuk menghindari kesan salah bahwa orang-orang Yahudi telah diberi otonomi. Syikal Tirus digunakan sampai pemberontakan Yahudi pada tahun 66 Masehi.
Tuhan tidak mengecam praktik penukaran uang. Namun begitu, Ia mungkin tidak setuju kegiatan itu dilakukan di dalam pelataran bait suci. Pastinya Ia menentang praktik menetapkan nilai tukar yang sangat tinggi sekali untuk jasa ini. Seperti dalam kasus mereka yang menjual hewan-hewan korban, imam-imam kepala juga pastinya menyetujui orang-orang yang menukar uang di Bait Allah.
Yesus membalikkan … bangku-bangku pedagang merpati. Orang miskin bisa membeli merpati atau tekukur sebagai pengganti korban anak domba (Ima. 5:7; 12:6, 8; 15:14, 29). Maria bunda Yesus membuat pengorbanan ini setelah kelahiran Yesus pada waktu pentahirannya (Luk. 2:24). Mishnah menunjukkan bahwa mereka yang menjual merpati kadang-kadang menetapkan harga yang sangat tinggi, menipu orang-orang.9Tidak heran Yesus menyebut para pedagang ini "penyamun" (21:13)!
Menurut Markus 11:16, Yesus "tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah." Larangan ini sejalan dengan apa yang tertulis dalam Mishnah: "Orang harus jangan menggunakan [bukit Bait Suci] untuk jalan pintas."10
Ayat 13. Ketika Yesus mengusir para pedagang dan penukar uang ini, Ia mengutip tujuan sebenarnya bait suci: "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun" (Yes. 56:7). Kecaman Yesus itu, dengan menggunakan komentar Donald A. Hagner, adalah mirip dengan kecaman yang diberikan oleh para nabi Perjanjian Lama: Prosedur ritual bait suci sudah memayungi tujuan persekutuan sejati dengan Allah (Yer. 7:21-23; Amos 5:21-24; Mik. 6:6-8).11Markus 11:17 melanjutkan kutipan dari Yesaya 56:7 dengan ungkapan tambahan "bagi segala bangsa." Meski tidak terdapat dalam Matius, kalimat ini penting karena pelataran non-Yahudi adalah area yang telah diubah menjadi pasar. Pelbagai kegiatan komersial orang-orang Yahudi itu tampaknya telah mengganggu upaya tulus orang-orang non-Yahudi untuk menyembah Allah. Orang-orang non-Yahudi ini dilarang masuk ke area tempat ibadah bagian dalam.12
Yesus menambahkan, "Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." Bahasa ini dipinjam dari Yeremia 7:11: "Sudahkah menjadi sarang penyamun di matamu rumah yang atasnya nama-Ku diserukan ini? Kalau Aku, Aku sendiri melihat semuanya, demikianlah firman TUHAN." Dalam konteks itu, kaum Yehuda percaya kepada bait Allah yang ada di tengah-tengah mereka, daripada menjalani kehidupan beriman yang kudus di hadapan Dia. Mereka itu seperti pencuri bersembunyi di gua, mengira mereka aman dari hukuman atas dosa-dosa mereka. Yesus menerapkan bahasa ini kepada bait suci di zaman-Nya. Michael J.Wilkins menulis, Para pemimpin agama itu memperlakukan bait suci seperti para penyamun memperlakukan sarang mereka—tempat berlindung untuk menimbun kekayaan yang diperoleh secara haram dan untuk merencanakan pelbagai kegiatan ilegal di masa depan. Gua-gua di Palestina secara tetap digunakan sebagai sarang penyamun, sehingga kiasan itu sangat jelas bagi para pendengar Yesus.13
Tindakan Yesus—menjungkirbalikkan meja-meja dan kursi-kursi dan mengusir para pedagang dari bait suci—tidak menimbulkan perlawanan langsung oleh pengawal bait suci atau pasukan Romawi (lihat Kisah 21:27-36). Popularitas-Nya di mata orang banyak itu mencegah timbulnya tindakan apa saja yang menentang Dia oleh para penguasa Yahudi pada waktu itu. Namun begitu, mereka mulai mencari cara untuk "membunuh Dia" (Mrk. 11:18). Karena para pedagang dan para penukar uang itu berada di Royal Portico di sisi selatan bukit bait suci, maka akan menjadi lebih sulit bagi pasukan Romawi yang ditempatkan di Benteng Antonia di sudut barat laut untuk melihat apa yang sedang terjadi melalui kerumunan orang itu.
TFTWMS: Mat 21:14-17 - Mujizat Penyembuhan Terakhir Di Yerusalem MUJIZAT PENYEMBUHAN TERAKHIR DI YERUSALEM (Matius 21:14-17)
14 Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepada-Nya dalam Bait Allah it...
MUJIZAT PENYEMBUHAN TERAKHIR DI YERUSALEM (Matius 21:14-17)
14 Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepada-Nya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkan-Nya. 15 Tetapi ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuat-Nya itu dan anak-anak yang berseru dalam Bait Allah: "Hosana bagi Anak Daud!" hati mereka sangat jengkel, 16 lalu mereka berkata kepada-Nya: "Engkau dengar apa yang dikatakan anak-anak ini?" Kata Yesus kepada mereka: "Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?" 17 Lalu Ia meninggalkan mereka dan pergi ke luar kota ke Betania dan bermalam di situ.
Ayat 14. Meski Yesus memaksa beberapa orang keluar dari Bait Allah, namun Ia menyambut orang sakit dan menyembuhkan semua yang datang kepada Dia. Teks itu secara khusus menyebut orang-orang yang buta dan lumpuh (lihat 11:5; 15:30, 31). Menurut Imamat 21:17, 18, keturunan Harun yang buta dan lumpuh tidak boleh melayani di mezbah. Selain itu, Mishnah mengatakan bahwa orang buta dan lumpuh tidak diperkenankan menghadap Allah dengan korban persembahan selama hari-hari perayaan.14Bisa jadi gerak mereka itu dibatasi di pelataran non-Yahudi saja, dan tidak diizinkan masuk ke tempat ibadah bagian dalam (2 Sam. 5:8; LXX).15Pemulihan jasmani orang-orang ini oleh Yesus memiliki implikasi bagi hubungan rohani mereka dengan Allah. Seperti dalam ayat-ayat sebelumnya, Yesus menginginkan orang-orang yang datang ke bait suci bisa mendekat kepada Allah dalam ibadah. Pelbagai mujizat penyembuhan ini merupakan yang terakhir yang Yesus lakukan di Yerusalem sebelum penyaliban-Nya.
Ayat 15. Dari titik ini seterusnya peranan para pemimpin Yahudi, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, adalah menonjol dalam Matius (lihat komentar tentang 2:4). Selama ini mereka sudah marah kepada Yesus; mereka butuh sedikit lebih alasan untuk murka terhadap Dia. Mereka marah tentang penyucian bait suci (Markus 11:18), tetapi kemudian mereka menyaksikan mujizat-mujizat yang Yesus adakan. Alih-alih bergembira atas penyembuhan itu, mereka menjadi lebih geram. Pada saat ini, banyak anak-anak yang berada di bait Allah ikut menirukan seruan yang diserukan oleh orang banyak yang pernah mengiringi Yesus ke dalam kota: "Hosana bagi Anak Daud" (21:9).
Ayat 16. Para pemimpin Yahudi itu menegur Yesus, dan, pada dasarnya, menuntut Dia untuk menyuruh diam anak-anak itu. Sungguh ironis bahwa mereka tidak mengecam orang-orang yang membuat bait suci menjadi pasar, tetapi mereka merasa jengkel oleh pujian anak-anak itu.16Sudah pasti mereka itu sangat jengkel bahwa Yesus, sebagai seorang rabi, mau menerima sebutan "Anak Daud." Craig S. Keener berkata bahwa, bagi para pemimpin ini, Yesus itu "sekedar pemimpin karismatik yang lain yang reputasinya telah membiarkan egonya tidak terkontrol."17Namun begitu, di sana pasti ada yang lebih daripada ini. Para pemimpin itu telah menantang keilahian Yesus dan sekarang mereka mulai menolak Dia.
Ketimbang sejalan dengan mereka, Yesus mengutip Mazmur 8:2 dari Septuaginta:
"Belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian untuk diri-Mu sendiri?" Pertanyaan "Belum pernahkah kamu baca …?" adalah khas gaya Yesus (lihat komentar tentang 12:3). Istilah "bayi-bayi" (dari nh÷pioß, nēpios) dan "anak-anak yang menyusu" (dari qhla÷zw, thēlazō) mengacu kepada anak di bawah tiga tahun, usia di mana biasanya anak-anak Yahudi disapih.18Usia anak-anak yang memuji Yesus itu tampaknya jauh lebih tua daripada anak-anak yang digambarkan dalam mazmur. Ia sedang menunjukkan bahwa, bahkan jika anak-anak yang menyusu itu akan memuji Dia, berdasarkan nubuatan itu, mengapakah orang-orang Yahudi ini tidak mengharapkan anak-anak yang lebih tua melakukan hal yang sama? Sebelumnya, Yesus pernah menggunakan anak-anak untuk menggambarkan kepercayaan kepada Allah (18:1-4; 19:13-15).
Ayat 17. Yesus segera meninggalkan para pemimpin Yahudi ini di bait suci dan meninggalkan kota itu. Ia kembali ke Betania dan bermalam di situ (lihat komentar tentang 21:1). Awalnya Ia tiba di Betania (Yoh. 12:1), dan pulang ke sana selama Minggu Sengsara. Mungkin saja Ia tinggal di rumah Maria, Marta, dan Lazarus. Yerusalem penuh sesak oleh para peziarah Yahudi dari seluruh wilayah Romawi selama waktu ini. Karena Betania sangat dekat dengan Yerusalem, Yesus dan murid-murid-Nya bisa dengan mudah pergi ke kota itu pada pagi hari dan kembali ke Betania pada sore hari. Namun begitu, jaraknya yang cukup jauh itu bisa melindungi mereka dari jangkauan para pemimpin Yahudi itu.
TFTWMS: Mat 21:18-22 - Mengutuk Pohon Ara19 MENGUTUK POHON ARA19(Matius 21:18-22)
18 Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. 19 Dekat jalan Ia melihat poho...
MENGUTUK POHON ARA19(Matius 21:18-22)
18 Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan-Nya kembali ke kota, Yesus merasa lapar. 19 Dekat jalan Ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Kata-Nya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu. 20 Melihat kejadian itu tercenganglah murid-murid-Nya, lalu berkata: "Bagaimana mungkin pohon ara itu sekonyong-konyong menjadi kering?" 21 Yesus menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi. 22 Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya."
Ayat 18. Awalnya, tampaknya ada kontradiksi antara catatan Matius dan Markus mengenai hari-hari dalam Minggu Sengsara; tapi masalah itu lenyap ketika kita sadar bahwa para penulis Injil mengambil pendekatan yang berbeda terhadap kisah ini. Markus bersifat kronologis dalam pendekatannya. Ia menulis bahwa bagian pertama dari pengutukan pohon ara itu terjadi pada hari Senin dan bagian keduanya pada hari Selasa, dengan penyucian bait suci terjadi pada hari Senin di antara kedua bagian ini (Mrk. 11:01, 12, 19, 20). Sebaliknya, Matius mengambil pendekatan topikal, dengan menceritakan keseluruhan kisah pohon ara itu secara sekaligus. Catatan Markus membuat jelas bahwa apa yang Matius tulis dalam 21:18, 19 terjadi pada hari Senin, dan bagian dalam 21:20-22 pada hari Selasa.20
Ketika Yesus meninggalkan Betania (21:17) dan kembali ke Yerusalem bersama murid-murid-Nya, Yesus merasa lapar. Pernyataan ini menekankan sisi kemanusiaan Tuhan, seperti halnya yang nas-nas lain katakan bahwa Ia lelah atau haus (Yoh. 4:6, 7; 19:28). Peristiwa ini terjadi pada pagi hari. Peristiwa ini mungkin terjadi dekat Betfage (21:1). Teks itu tidak mengatakan apakah Yesus sudah sarapan pagi.
Ayat 19. Ketika mereka berjalan, Yesus melihat pohon ara [di tepi jalan]. Ketika Ia mendekati pohon itu, Ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. Sudah umum bagi pohon ara mana saja, yang disebut taksh oleh orang Arab, untuk tumbuh bersama daun-daunnya pada bulan Maret. Buah pohon ini bisa dimakan, karena itu mereka dikumpulkan dan dijual di pasar. Namun begitu, panen atas buah ara yang matang terjadi belakangan pada musim panas. Itulah sebabnya Yesus mengharapkan pohon itu memiliki buah, meski secara teknis waktu itu bukanlah "musim buah ara" (Mrk. 11:13). R. K. Harrison mengatakan, "Ketika daun-daun muda muncul di musim semi, setiap pohon ara yang subur akan mengeluarkan beberapa taksh … Tetapi jika pohon yang berdaun lebat itu tidak menghasilkan buah, pohon itu tidak akan berbuah di sepanjang musim itu."21
Karena tidak menemukan buah di pohon itu, Yesus menyatakan, "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dalam Markus 11:14, Ia berkata, "Jangan lagi seorangpun makan buahmu selama-lamanya!" Matius menekankan kuasa perkataan Yesus dengan mengungkapkan bahwa seketika itu juga keringlah pohon ara itu. Pohon ara ini, yang memiliki daun tetapi tidak memiliki calon buah, adalah simbol yang pas untuk banyak orang Yahudi yang tidak menghasilkan buah yang tepat untuk Allah (Mik. 7:1, 2; Mat 7:19). Mereka tidak bertobat pada waktu pemberitaan oleh Yohanes Pembaptis atau oleh Yesus (3:8, 10; 11:16-24). Ibadah mereka di bait suci telah rusak. Mereka telah menolak Mesias dan tak lama lagi akan menuntut kematian-Nya. Akibatnya, Yerusalem dan bait suci itu pada akhirnya akan dihancurkan (24:1, 2).
Ayat 20. Pada keesokan harinya (Mrk 11:20), ketika mereka sedang kembali ke Yerusalem, murid-murid itu melihat pohon ara itu dan sadar bahwa pohon itu sudah kering sampai ke akar-akarnya. Mereka tidak melihat pohon itu sedang mengering, tapi mereka melihat pohon itu setelah pohon itu mengering. Mereka tercengang sebab pohon itu mengering tidak secara perlahan-lahan, seperti yang biasa terjadi secara alami; satu hari setelah Tuhan mengutuknya, pohon itu benar-benar mati. Petrus teringat kepada tindakan Tuhan pada hari sebelumnya dan "berkata kepada Yesus:
'Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering'" (Mrk. 11:21). Murid-murid itu menganggap mujizat ini sangat menakjubkan. Orang pasti bertanya-tanya mengapa mereka takjub, bukankah mereka sudah menyaksikan banyak mujizat-Nya selama lebih dari tiga tahun. Pada waktu itu, mereka tampaknya tidak mengerti pesan yang dilambangkan oleh kejadian itu yang melambangkan kejatuhan Yerusalem.
Ayat 21. Yesus menjelaskan "bagaimana" mujizat itu, tanpa menyinggung "alasannya."22Ia memberitahu mereka, jika mereka memiliki iman sejati kepada Allah, tidak bimbang (lihat 14:31), mereka akan bisa melakukan hal-hal mengherankan yang lebih hebat daripada yang satu ini. Apa yang Ia katakan di sini adalah janji yang dijanjikan secara langsung kepada para rasul-Nya; Yesus tidak sedang menyatakan para pengikut-Nya akan bisa mengadakan pelbagai mujizat di sepanjang zaman.
Yesus memberitahu rasul-rasul itu bahwa mereka bahkan akan bisa memindahkan gunung ini, dan melemparkannya kedalam laut. Yesus tidak menghendaki murid-murid-Nya bisa memindahkan gunung harfiah dan melemparkannya ke laut.
Sebaliknya, Ia sedang menggunakan gaya bahasa kiasan. Pemindahan gunung adalah kiasan orang Yahudi untuk mencapai apa yang dianggap sangat sulit, jika bukan mustahil (lihat komentar tentang 17:20).
Ayat 22. Yesus lalu berkata, "Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." Meski ini adalah bagian dari instruksi-Nya yang Ia berikan kepada rasul-rasul-Nya, namun prinsip umumnya berlaku untuk semua murid: Ketika orang Kristen berdoa, mereka harus melakukannya dengan percaya bahwa Allah akan mendengar dan menjawab doa mereka (lihat 1 Pet. 3:12). Yakobus memperingatkan pembacanya untuk "memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang" (Yak. 1:6). Doa seperti itu harus jangan egois. Yohanes menginstruksikan orang Kristen untuk berdoa, memanjatkan permohonan "menurut kehendak [Allah]" (1 Yoh. 5:14, 15). Allah selalu menjawab doa anak-anak-Nya, tetapi Ia tidak selalu mengatakan, "Ya." "Tidak" adalah juga jawaban (lihat 2 Kor. 12:7-9).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 21:1-11
Masuk Penuh Kemenangan
Dengan pasal ini Matius memulai apa yang secara tradisional disebut "Minggu Se...
Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 21:1-11
Masuk Penuh Kemenangan
Dengan pasal ini Matius memulai apa yang secara tradisional disebut "Minggu Sengsara," seminggu penuh kehidupan Kristus yang terakhir yang berpuncak pada penyaliban-Nya.1Julukan ini berasal dari istilah Latin passio, yang berarti "penderitaan." Kata itu sering digunakan untuk menunjukkan penderitaan para martir. Ketika Perjanjian Baru diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, istilah passio adalah istilah yang digunakan untuk mengacukan penderitaan Yesus dan pelbagai peristiwa yang menyertainya.2Pentingnya minggu ini dalam kehidupan Yesus terlihat dalam ruang yang dipersembahkan oleh para penulis Injil untuk itu. Dari 25 sampai 48 persen isi Injil diberikan untuk minggu itu.3
Pasal ini menandai transisi kepada pelayanan Yesus di Yerusalem. Dimulai dengan masuk penuh kemenangan (21:1-11), pasal itu menyoroti kuasa Yesus sebagai Mesias. Ia menyucikan bait suci (21:12, 13) dan menyembuhkan orang buta dan lumpuh (21:14-17). Untuk menunjukkan penghakiman Allah atas orang-orang Yahudi, Ia membuat pohon ara yang tidak berbuah menjadi layu (21:18-22). Para pemimpin Yahudi, yang mencari cara apa saja untuk mendakwa Yesus, mempertanyakan sumber kuasa-Nya itu (21:23-27). Sebagai tanggapan, Ia menyampaikan dua perumpamaan yang menentang mereka: perumpamaan dua anak dan kebun anggur (21:28-32) dan perumpamaan pemilik kebun dan kebun anggur (21:33-46).
Pada hari pertama minggu itu, hari Minggu, Raja Kemuliaan datang ke Yerusalem. Ia mendekati kota itu, dengan rendah hati, dengan menunggang seekor keledai. Ia sudah tiba di Betania enam hari sebelum Paskah, pada hari kedelapan bulan Nisan (Yoh. 12:1), dan Ia masuk ke dalam kota itu keesoakan harinya. Pada waktu ini, lebih dari dua juta orang mungkin telah memadati Yerusalem dan sekitarnya.4
Meski sebelumnya Yesus telah menyerukan tutup mulut tentang identitas-Nya sebagai Mesias (12:16; 16:20; 17:9), Ia kini tidak lagi butuh kerahasiaan itu. Ini adalah kesempatan yang pertama dan satu-satunya Yesus merencanakan dan mempromosikan penampilan terbuka yang mengarahkan perhatian kepada diri-Nya sendiri. Pengaturan yang Ia buat untuk masuk ke dalam kota ini menggenapi nubuatan dan memaksa para pemimpin Yahudi menjalankan rencana mereka terhadap Dia.
Kisah masuknya Yesus yang penuh kemenangan bercampur dengan kebenaran dan penolakan. Meski awalnya Yesus disambut baik di Yerusalem sebagai Anak Daud, Mesias Israel, belakangan Ia ditolak sebagai Mesias oleh orang-orang itu. Mereka mengharapkan penaklukkan militer yang akan menggulingkan musuh mereka. Ketika Yesus tidak sesuai dengan harapan mereka, mereka berhenti mendukung Dia. Mereka berseru kepada Dia untuk menyelamatkan mereka dari orang-orang Romawi, tetapi belakangan, bersama dengan para pemimpin agama, mereka meminta orang-orang Romawi menyalibkan Dia. Dengan pujian dan penolakannya, masuk penuh kemenangan itu berfungsi sebagai "awal menuju sengsara."5
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) MASUK PENUH KEMENANGAN (Matius 21:1-11)
Masuknya Yesus ke Yerusalem dengan penuh kemenangan mengilustrasikan beberapa pelajaran penting tentang Dia.
...
MASUK PENUH KEMENANGAN (Matius 21:1-11)
Masuknya Yesus ke Yerusalem dengan penuh kemenangan mengilustrasikan beberapa pelajaran penting tentang Dia.
- 1. Kemahatahuan Yesus (21:1-3). Meski meminjam keledai mungkin saja sudah diatur sebelumnya, bisa jadi Yesus sudah secara supernatural mengetahui tentang keledai itu. Jika demikian, kisah itu menambahkan kepada banyak episode yang mencerminkan pengetahuan mujizatiah-Nya, yang membuktikan keilahian-Nya.
- 2. Penggenapan nubuatan oleh Yesus (21:4, 5). Ketika Tuhan menunggang seekor keledai ke Yerusalem, Ia sedang menggenapi isi Kitab Suci (Zak. 9:9). Matius berulang kali menekankan bahwa Perjanjian Lama menemukan penggenapannya dalam Kristus.
- 3. Kerendahan hati Yesus (21:6, 7). Tuhan tidak masuk ke dalam Yerusalem di atas kuda putih dengan menghunus pedang—meskipun Ia bisa melakukan itu (Why. 19:11-16). Ia datang dengan rendah hati dengan mengendarai seekor keledai muda. Alih-alih menjadi mesias militer, Ia datang sebagai Hamba Yang Menderita (Yes. 53).
- 4. Kelayakan Yesus (21:8-11). Beberapa orang di antara kerumunan itu melepaskan pakaian luar mereka dan menghamparkannya di jalan untuk dilalui oleh keledai-Nya. Yang lainnya memotong ranting-ranting dari pohon-pohon, meletakkannya di jalan itu juga. Pada intinya, mereka itu menggelar karpet merah untuk sang Raja. Mereka berseru, "Hosana bagi Anak Daud," memberkati Yesus dalam nama Tuhan. Yesus memang layak menerima semua pujian dan hormat (Why. 5:9-14).
- 5. Sikap plin-plan kaum itu terhadap Yesus. Meskipun banyak yang memuji Dia, hanya beberapa hari kemudian mereka berbalik melawan Dia. Dihasut oleh para pemimpin Yahudi, mereka berseru kepada Pilatus menuntut kematian-Nya, dengan berteriak, "Salibkan Dia!" (27:22, 23).
Masuk penuh kemenangan adalah pertanda bagi penobatan Yesus yang hanya beberapa minggu kemudian. Setelah kematian, penguburan, dan kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan diri kepada murid-muridNya selama empat puluh hari (Kisah 1:3). Kemudian Ia naik ke sorga (Kisah 1:9-11), ditinggikan di sebelah tangan kanan Bapa. Di sana Ia memerintah sebagai Tuhan dan Kristus atas kerajaan-Nya (Kisah 2:33-36). Ia sekarang dihormati oleh orang Kristen yang setia di seluruh dunia.
David Stewart Minggu Palem (21:1-11)
Minggu Palem, seminggu sebelum hari Minggu yang dirayakan oleh banyak orang sebagai Paskah, mendapatkan namanya itu dari insiden yang dicatat dalam Matius 21, Markus 11, Lukas 19, dan Yohanes 12. Kitab Suci tidak menyebut hari ini seperti itu, tetapi hari itu adalah salah satu dari sekian banyak tradisi manusia yang dikaitkan dengan kehidupan Kristus. Meski kita tidak diminta untuk merayakan hari itu, namun mengingat apa yang dilambangkan oleh hari itu ada juga gunanya.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Meski beberapa sarjana mencoba untuk memberi tanggal masuk penuh kemenangan itu kepada periode sebelumnya (Hari Raya Pondok Daun a...
Catatan Akhir:
- 1 Meski beberapa sarjana mencoba untuk memberi tanggal masuk penuh kemenangan itu kepada periode sebelumnya (Hari Raya Pondok Daun atau Hari Raya Pentahbisan), Injil Yohanes jelas menempatkan peristiwa itu dalam Minggu Sengsara (Yoh. 12:1, 12).
- 2 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 126. In some English versions (KJV; ASV; RSV; NJB), Kisah 1:3 berisi ungkapan "setelah penderitaan-Nya" yang mengacu kepada penderitaan dan kematian Yesus.
- 3 Ibid.
- 4 Josephus, meski mungkin saja ia membesar-besarkannya, memperkirakan 2.700.200 orang berpartisipasi dalam Paskah itu sekitar empat puluh tahun kemudian, pada hari-hari menjelang kehancuran Yerusalem (70 Masehi). Ia mendasarkan perkiraannya pada jumlah anak domba yang disembelih pada waktu itu, dengan menduga bahwa rata-rata sepuluh orang menyembelih seekor domba. (Josephus Wars 6.9.3.) Pada kesempatan lain, pada 65 Masehi, ia memeprkirakan sekitar tiga juta orang menghadiri Paskah. (Josephus 2.14.3.)
- 5 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 591.
- 6 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 762-63.
- 7 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 519.
- 8 Ibid.
- 9 Bruce M. Metzger, A Textual Commentary on the Greek New Testament, 2d ed. (Stuttgart: German Bible Society, 1994), 44.
- 10 Contoh lain adalah Markus 1:2, 3, yang menggabungkan Maleakhi 3:1 dan Yesaya 40:3 berdasarkan kalimat umum "mempersiapkan jalan."
- 11 Mishnah Baba Bathra 5.3.
- 12 Hagner, 595.
- 13 1 Maccabees 13:51; 2 Maccabees 10:7.
- 14 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 494.
- 15 Hagner 596. Ungkapan "Ia yang datang" berfungsi sebagai gelar mesias (lihat komentar tentang 3:11; 11:3).
- 16 Hampir di awal Matius, kota Yerusalem dibuat "bermasalah" oleh pencarian orang-orang Majus (2:3). Kata kerja Yunani dalam nas itu (taraĂ·ssw, tarassĹŤ) juga memiliki arti "membangkitkan" atau "menggoyang bersama-sama."
- 17 Keener, 493.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 21:12-27
Di Yerusalem
Yesus tahu bahwa Ia sedang memasuki kota yang tidak bersahabat, sebab para penguasanya membe...
Matius: Minggu Sengsara SANG RAJA 21:12-27
Di Yerusalem
Yesus tahu bahwa Ia sedang memasuki kota yang tidak bersahabat, sebab para penguasanya membenci Dia. Matius 21:8-11 menceritakan masuknya Dia dengan kerumunan orang yang antusias menyambut Dia pada waktu Paskah. Apakah yang pertama kali Yesus lakukan?
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Josephus Antiquities 15.11.1. Herodes mulai memerintah pada 37 S. M., dan pekerjaan pada bait suci itu mulai "pada tahun kede...
Catatan Akhir:
- 1 Josephus Antiquities 15.11.1. Herodes mulai memerintah pada 37 S. M., dan pekerjaan pada bait suci itu mulai "pada tahun kedelapan belas dari pemerintahannya" (19 S. M.).
- 2 R. T. France, The Gospel According to Matthew, The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1985), 300.
- 3 Psalms of Solomon 17:21, 30.
- 4 Untuk keserakahan para imam pada waktu abad pertama, lihat Josephus Antiquities 20.8.8; 20.9.2.
- 5 Mishnah Shekalim 1.1-3.
- 6 Ibid., 4.8, 9.
- 7 Mishnah Bekhoroth 8.7; Talmud Kiddushin 11a.
- 8 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1992), 526.
- 9 Mishnah Kerithoth 1.7.
- 10 Mishnah Berakoth 9.5.
- 11 Donald A. Hagner, Matthew 14-28, Word Biblical Commentary, vol. 33B (Dallas: Word Books, 1995), 601.
- 12 Josephus Antiquities 15.11.5; Wars 5.5.2; 6.2.4.
- 13 Michael J. Wilkins, "Matthew," in Zondervan Illustrated Bible Backgrounds Commentary, vol. 1, Matthew, Mark, Luke, ed. Clinton E. Arnold (Grand Rapids, Mich.: Zondervan, 2002), 130.
- 14 Mishnah Hagigah 1.1.
- 15 Hagner, 601. See Messianic Rule 2.
- 16 Morris, 528-29.
- 17 Craig S. Keener, A Commentary on the Gospel of Matthew (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1999), 502.
- 18 2 Maccabees 7:27.
- 19 Lihat Mrk. 11:21, yang mengacu kepada Yesus "mengutuk" pohon ara.
- 20 William Hendriksen, New Testament Commentary: Exposition of the Gospel According to Matthew (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1973), 773.
- 21 R. K. Harrison, "Fig; Fig Tree," in The International Standard Bible Encyclopedia, rev. ed., ed. Geoffrey W. Bromiley (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1982), 2:302.
- 22 Keener, 505.
- 23 Setelah gereja didirikan, Petrus dan Yohanes juga ditanyai hal yang sama (Kisah 4:5-7).
- 24 W. F. Albright and C. S. Mann, Matthew, The Anchor Bible (Garden City, N.Y.: Doubleday & Co., 1971), 260.
- 25 J. W. McGarvey, The New Testament Commentary, vol. 1, Matthew and Mark (N.p., 1875; reprint, Delight, Ark.: Gospel Light Publishing Co., n.d.), 183.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) BELAS KASIHAN UNTUK YANG LEMAH (21:14-17)
Di setiap kesempatan, Yesus menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang kedudukannya minim atau tidak puny...
BELAS KASIHAN UNTUK YANG LEMAH (21:14-17)
Di setiap kesempatan, Yesus menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang kedudukannya minim atau tidak punya kedudukan. Ia menyembuhkan orang buta dan lumpuh, menyelamatkan mereka dari kehidupan mengemis dan kesengsaraan. Penyembuhan fisik mereka juga memberkati mereka secara rohani, membolehkan mereka untuk mendekat kepada Allah di bait suci. Kita harus punya belas kasihan kepada orang yang menderita yang menanggung berbagai penyakit atau cidera. Lebih dari ini, kita harus peduli terhadap jiwa mereka.
Yesus juga punya perhatian yang besar pada anak-anak. Ia meluangkan waktu untuk mereka dan memberkati mereka. Ia dengan senang hati menerima pujian mereka. Kita harus berusaha sungguh-sungguh untuk mengajar anak-anak tentang kasih Yesus, dimulai saat kelahiran. Kita harus mengajar, mendorong, dan melindungi mereka.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) David Stewart Pohon Yang Mati dan Batu Yang Ditolak (Matius 21:18-46)
Dalam Matius 21:18-46, Yesus menentang orang-orang Yahudi yang tidak setia di z...
David Stewart Pohon Yang Mati dan Batu Yang Ditolak (Matius 21:18-46)
Dalam Matius 21:18-46, Yesus menentang orang-orang Yahudi yang tidak setia di zaman-Nya yang memberontak terhadap Allah.
- 1. Pohon Ara Yang Tidak Berbuah (21:18-22). Tuhan kecewa terhadap pohon ara itu sebab dari kejauhan pohon itu tampaknya memiliki buah, tapi setelah diperiksa dengan cermat ternyata tidak ada buahnya. Pohon itu merupakan simbol yang tepat bagi banyak umat Allah pada waktu itu. Mereka memiliki Taurat dan seharusnya menghasilkan buah yang baik, tetapi mereka tidak berbuah. Yesus mengutuk pohon ara untuk melambangkan azab yang akan datang atas Yerusalem. Meski murid-murid itu tidak mengerti mengapa Yesus melakukan ini, mereka dikejutkan oleh cara Ia melakukannya. Tuhan mengambil kesempatan ini untuk mengajar mereka tentang iman.
- 2 Umat Yang Tak Beriman (21:23-32). Para pemimpin Yahudi itu tidak akan mau percaya kepada Yesus, meski Ia telah mengadakan banyak mujizat. Sebaliknya, mereka mempertanyakan sumber kuasa-Nya dalam melakukan hal-hal ini. Daripada mencari kebenaran, mereka mencoba untuk memfitnah Yesus. Dalam perumpamaan dua orang anak, Ia menyingkap ketidaktaatan mereka.
- 3. System Yang Gagal (21:33-46). Dalam perumpamaan pemilik kebun dan kebun anggur, Yesus menyatakan bahwa para pemimpin Yahudi sudah sering menolak kehendak Allah. Melalui Sejarah mereka, mereka pernah mencoba merebut kuasa-Nya atas kerajaan itu. Mereka telah membunuh nabi-nabi yang Ia telah utus untuk meminta mereka bertobat. Pada akhirnya, mereka akan membunuh Anak-Nya. Oleh karena itu, mereka akan dihukum, dan Allah akan membentuk umat beriman yang baru—gereja.
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi